Jika ditanya, “Apakah
semua orang itu sibuk?” Jawabannya tentu, “Ya semua orang sibuk, siapapun itu.” Meskipun ia sibuk dengan
kemalasannya sudah termasuk orang sibuk. Dan begitulah dunia ini penuh dengan kesibukan yang tiada ujungnya. Ketika orang sibuk mengejar dunia tidak akan ada habis-habisnya. Jadi kesibukan itu bergantung pada dunia atau akhirat. Begitulah pengejar dunia pun sibuk. Sama-sama sibuk. Ada satu perkataan menarik, “Ketika engkau tidak mau sibuk mengurusi agama Allah, maka kamu-pun akan disibukkan mengurusi kebutuhan manusia, dunia.”
Orang yang berjuang di jalan
kesesatan juga sibuk. Kita sama-sama sibuk. Tinggal anda memilih mau sibuk
dengan urusan dunia atau akhirat?
"Apa-apa yang terputus dari Allah, maka akan bersambung dengan syaitan."
Ibnul Qoyyim -rahimahullah-
Namun tidak ada diantara kita bisa
menjamin bahwa dia akan menutup hidupnya dengan, “Laa ilaha illallah.” Namun tetap kita musti
berusahan untuk itu. Sufyan ats-Tsaury ketika menghadapi sakratul maut, ia lalu
mengambil dan menggenggam batu keriki sambil menangis. Lalu orang-orang
disekelilingnya berusaha menghiburnya, “Engkau adalah orang yang telah berjasa
pada umat ini.” Tetapi
ia tetap menangis. Maka ditanyalah, “Kenapa engkau menangis padahal amalannya
sungguh banyak?” Ia menjawab, “Tidak ada yang membuatku menangis kecuali
menangisi dosa-dosaku. Seperti batu kerikil inilah banyaknya dosa-dosaku!”
ungkapnya.
Subahanallah! Ulama sekaliber Sufyan
at-Tsaury masih mampu menghitung dosa-dosa-nya
layaknya batu kerikil! Bahkan seorang dari salaf terdahulu, ketika
mendapat musibah lalu tersadar, “Ini akibat dosaku 40 tahun lalu.” Masya Allah saking sedikitnya
dosa yang telah lama-pun mereka masih ingat. Kita? Apakah juga bisa
menghitungnya? Sehari berapa? saking banyaknya sampai tidak bisa
menghitung. Atau kita pura-pura
melupakan tidak punya dosa?
“Setiap Bani Adam berbuat salah. Dan
sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertaubat.”
Kesibukan seyogyanya bukanlah
penghalang untuk tetap menjaga keimanan. Apalagi aktifis dakwah atau sibuk
melayani umat. Suatu ketika seorang Gubernur yang diutus Umar bin Khattab
–radiallahu ‘anhu- di suatu negeri. Tetapi
tiba-tiba seorang rakyatnya datang langsung mengeluh pada kahlifah lantaran
kinerja Gubernur barunya itu. Mereka protes kenapa sang Gubernur cuma melayani umat disaat
pagi sampai sore saja.
Adapun malam hari ia enggan, “Saya sedang
sibuk, Pulanglah besok akan saya layani.”
Maka didatangkanlah Gubernur tadi,
“Kenapa engkau tidak mau melayani rakyatmu di malam hari?”
ia-pun membela, “Wahai Khalifah, saya
telah membukakan kesempatan dan menerima segala keluhan mereka dari pagi hingga
sore hari.”
Umar puas dengan jawabannya, “Lalu kenapa
malam hari engkau enggan untuk open house?”
“Sebenarnya saya tidak ingin bersifat
riya mengabarkanmu, tetapi baiklah. Saya melayani umat full day dari
pagi sampai sore. Dan malamnya itu waktu khusus antara aku dengan Rabbku.”
Begitulah gambaran salaf terdahulu.
Meskipun harus menjadi Gubernur melayani umat tanpa hari libur. Mereka tetap
menyiapkan waktu khusus mendekatkan diri pada Rabb-Nya. Tidak musti juga kita begitu,
tetapi fleksible, bagaimanalah kita sibuk tidak juga meninggalkan ibadah.
Tinggal bagaimana mengatur waktu dan jadwal. Jangan kita seperti lilin,
menerangi lalu lupa akan dirinya. Jangan sampai kita sibuk berdakwah melayani
umat, tetapi lupa mendakwahi diri-sendiri. Amalan kecil dan continues itulah terpenting.
Seperti halnya membaca al-Qur’an, shalat dhuha, shalat lail dan amalan lainnya.
Kita sibuk berdakwah dan melayani
umat sangat membutuhkan kekuatan. Dan sebaik-baik kekuatan berasal dari pendekatan
diri kita pada Allah azza wa jalla. Maka mulailah sekarang juga! Kita tidak
tahu, “Hari itu manusia beriman di pagi hari lalu kafir di sore hainya.” Lantaran mencekamnya
kondisi iman saat itu. Maka kita perlu amalan yang bisa menjaga stabilitas iman
kita. Setiap kita mendapat nasehat maka langsung action. Jangan menunda-nunda lagi. Terkdang seseorang mau
melakukan kebaikan tetapi akhirnya tidak jadi sebab seringnya menunda. “Saya in sya Allah akan memulai mengafal, mengaji besok!” Padahal
hari itu sebenarnya ia mampu, tetapi terlalu menunda waktu. Maka beramallah
sekarang juga!
Msc_ 4/02/13
0 komentar:
Posting Komentar