Social Icons

Pages

Seni Meminta


Kalau hari ini kita kenal Sule, Tukul Arwana dan lainnya. Maka zaman dahulu orang-orang Arab juga punya pelawak. Menariknya lagi rata-rata mereka makmur. Jadi jangan heran kalau para pelawak itu kaya, orang Arab dahulu lebih kaya lagi. Mungkin yang berbeda hanya cara mereka menjadi kaya. Paling pas kalau ia pelawak sekaligus penyair. Karena Khalifah atau pemimpin Arab dahulu suka jika ia dipuji dengan syair. Maka sebagai imbalan akan dikabulkan segala permintaannya.
Dahulu, sangat terkenal kalau orang Arab menyukai lawakan atau lelucon. Sampai hari ini jug kita dapati, yang paling laku adalah dunia entertaiment. Maka kita akan banyak mendapatkan kisah-kisah lelucon mereka. Ada sosok yang menarik untuk kita kenal bagaimana kelihaian, retorika bicaranya sampai dalam hal meminta sesuatu pada Raja. Abu dulamah sang penyair sekaligus faqih, ahli hadits, jenius, candaannya enak. Sampai-sampai khalifah dan para menteri takjub akan kejeniusannya. Maka orang-orang sangat suka hadir dalam majelisnya.


Suatu ketika Abu Dulamah mengunjungi istana kerajaan. Kebetulan lagi berkumpul Khalifah bersama para menteri. Maka khalifah menantang Abu Dulamah, “Jika kamu tidak mencela satu diantara mereka (menteri) maka akan kupotong lidahmu”. Khalifah ingin membuktikan kalau ia memang benar-benar seorang yang faqih dan jenius dalam bersyair. Ternyata masing-masing dari mereka meminta untuk sama sekali jadi korban celaan kali ini. Maka Abu dulamah berfikir, “Kayaknya ini nggak ada deh yang berhak saya cela, dan nggak ada jalan keselamatan kecuali mencela diri sendiri”. Maka tanpa ragu ia segera bersyair,
“Jika memakai sorban, saya katakan kera Dan disebut babi kalau sudah melepas sorbannya”
Disini dia mau menggambarkan betapa hinanya dirinya. Tak bernilai, tak memiliki apapun. Dan begitulah seorang hamba fakir dan miskin di hadapan Rabbnya.
“Anda mengumpulkan kecacatan berarti mengumpulkan celaan Begitupula celaan selalu diikuti kecacatan”
Artinya manusia itu adalah makhluk yang lemah. Penuh kekurangan. Sehingga jangan heran kalau selalu dikritik.
Meskipun anda telah mendapatkan kenikmatan dunia Maka jangan gembira karena kiamat sudah dekat”.
Lagi-lagi ia mau mengkritik dirinya yang sudah sukses mengumpulkan harta gara-gara menjadi penyair. Sekaligus menyindir sang Khalifah dan para Menteri. Jangan terlalu terlena dengan kehidupan dunia. Sesungguhnya kiamat sudah dekat. Begitu tangkas membuat syair yang nampaknya mengkritik diri sendiri padahal sekalian orang sekitarnya.
Maka ketawalah orang-orang sambil memberinya hadiah. Hari kita lihat saja pelawak, seolah-olah mereka itu mencela diri sendiri untuk membuat orang ketawa. Dan memang itulah jalan mereka untuk mengambil hati orang tertawa.
Terus bagaimana cara Abu Dulamah dalam mengajukan permintaan? Ya disini paling menarik bagaimana ia mengajukan permohonan. Ketika Khalifah berkata, “Sebutkan apa permintaanmu!” maka kesempatan emas ini tak ia lewatkan begitu saja. Maka ia berkata,
“Saya ingin anjing pemburu”
Memang sih kalau dipikir buat apa hari gini ia minta anjing segala, padahal ia faqih dalam masalah agama. Itulah biasa aja, sudah hoby orang Arab dahulu berburu. Kalau kita sekarang mungkin kayak sepedalah. Berapa sih harga anjing pemburu bagi kekayaan seorang Raja. Maka khalifahpun memberinya. Kemudian ia melanjutkan,
“ Dan kendaraan untuk berburu”
Coba dilihat kelihaiannya meminta, ia meminta kendaraan. Masuk akallah kalau berburu tak sekedar membawa anjing pemburu, tentu ia harus punya kendaraan semacam kuda atau unta zaman itu. Maka dipenuhi juga. Lalu ia berkata,
“Saya mau ada yang membonceng, dan menjadi penangkap buruan”
Masuk akal banget, tentu khalifah mengerti akan pentingnya seorang yang membantu dalam berburu. Supaya tidak repot-repot lagi membawa hasil buruan. Maka tanpa basa-basi dikasi juga. Kembali ia meminta, kali ini permintaannya terselubung, coba ada yang bisa tebak apa tujuan utamanya.
“Dan seorang wanita yang membantu menyiapkan makanan”
Sekali lagi ini sangat wajar bagi orang yang memburu. Pastinya lapar dan capek. Dan sangat membutuhkan pembantu untuk melayani penyediaan makan dan minumnya. Gimana sudah ketebak? Sebenarnya ini rencana terselubung. Tidak sekedar pelaayan tetapi lebih dari itu. Nanti kita jawab diakhir tulisan. Akhirnya ia diberi juga. Lalu dilanjutkan,
“Dari semua yang Baginda berikan, maka harus ada tempat tinggalnya”
Gimana masuk akalkan!, masa kita dikasi pembantu begitu saja. Dimana mau dikasi tinggal. Khalifah pun menuruti permintaannya. Terakhir Abu Dulamah meminta,
“Jika tidak pada satu tempat, dimana mereka hidup”
Ya! Masa Cuma dikasi rumah, dimana tuh nantinya dibangun pondoknya. Pastinya harus ada daerahnya. Akhirnya khalifah mulai curiga dan protes,
“Perasaan dulu saya sudah kasi seratus meter tanah dan seratur meter tanah kosong lainnya. Itu aja kamu pake!” Gerutu khalifah. Tetapi lagi-lagi kelihaian logika berfikirnya, si Abu Dulamah meyakinkan,
“Iya sih, tapi buat apa tanah tak berpenghuni” Balasnya.
“Ih,disitu kan ada banyak tumbuh-tumbuhan” kata Khalifah
“Wahai Amirul Mukminin, saya telah memberimu lima ratus ribu meter wilayah penduduk dari bumi kabilahku, Bani Asad”.
Maksudnya saya sudah mengankatmu menjadi khalifah disini. Artinya jauh lebih banyak saya berikan daerah kekuasaan memimpin Bani Asad. Ketimbang permintaanku. Maka ketawalah para menteri tadi seraya mangatakan,
“Sudah! Berikan saja semua untuknya”
Yups gimana setelah menyimak cerita diatas? lelucon Abu Dulamah terlihat kelihaiannya sampai hal mengajukan permintaan-pun ia mahir. Seharusnya ini menjadi pelajaran buat kita semua. Dalam meminta itu mulailah dari yang terkecil dan masuk akal. Kalau anda diberi kesempatan oleh Presiden mengajukan permintaan, coba dari hal yang sederhana. Atau pada orang tua, baru saja dibayarkan uang sekolah tiba-tiba langsung minta dibelikan mobil. Kalau ortu berduit itu sih nggak masalah. Coba kita perhatikan seksama cara Abu Dulamah mengajukan proposal “niat teselubungnya tadi”. Dia Cuma minta pembantu wanita, padahal sebenarnya dia mau menikah. Tapi nggak ketahuan kan. Hee. Kalau dia dikasi wanita otomatis menjadi istrinya apalagi nantinya minta rumah lengkap tanahnya.
Coba kalau dia langsung minta sebidang tanah, lalu minta dikasi nikah. Pastinya khalifah akan berfikir seribu kali. Sudah dikasi rumah, minta dicarikan istri lagi. Repot deh! So dalam meminta apalagi mengajukan proposal itu juga ada seninya. Mintalah sesuai kebutuhan dan masuk akal. Agar si pemberi tidak merasa kerepotan dengan hal yang kecil meskipun nantinya akan meminta juga lebih besar.
Berbeda soal meminta kepada Maha pencipta. Berdo’a itu juga ada seninya. cukuplah FirmanNya, “ud’unii astajib lakum, berdo’alah niscaya akan aku kabulkan” artinya segala do’a pasti dikabulkan. Hanya saja beberapa faktor yang bisa mempengaruhi sehingga do’a tidak langsung dikabulkan. Mungkin saja gara-gara dosan maksiat yang kita lakukan hingga diperlambat rezekinya. Tetapi pasti dikabulkan. Saking kemungkinannya itu seratus persen, bahkan Rasulullah menganjurkan kita untuk meminta nikmat paling tinggi. Jangan tanggung –tanggung minta surga firdaus. Surga tertinggi. Sekaligus ini juga mengajarkan kita kalau manusia itu makhluk lemah dengan segala keterbatasan. Dimintai seuatu paling berharga dalam dirinya musti berfikir menimbang dulu. Maka dari itu jangan disamakan cara antara meminta kepada makhluk dengan Pencipta makhluk. Dan hanya Allah-lah tempat kita meminta segalanya. So pasti Milikilah cita-cita tinggi melihat wajah allah!. Msc_
(Disadur dengan berbagai perubahan, Kitab Silsilah al Arabiyyah jilid 3)

1 komentar:

 

Inspirasi

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam as-Syaafi'i dll memang telah tiada di dunia ini.

Namun, ketika manusia membaca buku, tulisan mereka ...

"Berkata, Imam Bukhari, Muslim as-Syaafi'i rahimahumullah ..."

Saat itu pula seolah mereka masih hidup di dunia...

Msc_