Social Icons

Pages

Muhammad Travello

Sekilas anda membaca dua kata diatas, mungkin terbesit makna kontroversial. Mungkin tidak etis nama Nabi bergandengan nama orang Barat mayoritas non muslim. Atau terpatri rasa penasaran, begitu uniknya nama ini. Benarkah?
Sebelum berangkat lebih jauh, kita beri gambaran umum saja. Pernakah nggak anda mendengar nama Safar, Ramadhan, Kartini, Agus, Febrianto dan lainnya. Sudah agak lebih jalas kan? Tak salah lagi anda pasti sudah bisa menghubungkan nama-nama diatas. Penamaan seseorang sangat erat dengan kondisi sekitarnya. Entah itu moment tertentu. Hematnya, setiap nama punya cerita asal-usul sendiri.

Misalnya Irian, ternyata berasal dari bahasa Arab ‘aarian atau ‘urian. Berarti orang orang yang tidak menutup aurat alias tidak berbusana. Karena memang sejak dahulu mereka adalah kaum yang masih primitif. Contoh lain majenne, konon dahulu ketika datang Belanda di tempat ini. Didapati seorang  yang lagi sedang bersuci. Maka dinamakanlah oleh orang-orang Ma’jenne berarti berwudhu.
Dan anda mungkin sudah punya gambaran kenapa harus diberi nama Muhammad Travello. Ini nama anak seorang penjual nasi di kampus kami. Ternyata disaat-saat tragis istrinya hendak melahirkan, dibawalah segera ke rumah sakit. Tepat mobil bermerek travello. Belum sampai di rumah sakit anaknya lahir duluan di dalam mobil travello. Maka untuk mengenang hari bahagia itu. Diabadikanlah peristiwa dengan namanya. Tanpa mengurangi nilai keislaman ditambahkanlah Muhammad. Coba kalau saat itu memakai mobil mercy atau BMW. Mungkin lain lagi namanya. 
Saya kadang bertanya, sebegitu pentingkah sebuah nama? Yang akhirnya pertanyaan ini terjawab juga. Dilain waktu saat mengikuti training kepenulisan, saya sempat berkenalan dengan peserta bernama Muhammad Aswad. Sepintas lalu sih nggak ada yang unik.  Ketika ditanya, konon ketika ortunya berhaji. Ia berdo’a di depan ka’bah. Kelak dikaruniai seorang anak laki-laki. Sembari melihat hajar aswad.  Jika benar-benar nyata maka ia akan memberi nama Muhammad Aswad.
Akhirnya lahir juga anak laki-laki sesuai nadzarnya. Padahal Aswad jika diartikan dalam bahasa indonesia kebanyakan orang menganggapnya lucu. Saya Cuma bergumam dalam hati tak berniat memberitahunya kalau aswad itu artinya ‘hitam’.
Sekali lagi saya bertanya dalam hati, “Apalah arti sebuah nama?”. Lagi-lagi ungkapan ini saya dapat ketika lomba muktamar Wahdah Islamiyah  II. Waktu itu ketua Halaqoh Tarbiyah kami tidak sempat hadir mengambil jadwal pertandingan. Makanya saya diamanahkan mengambil kepanitia. Tak disangka hanya  bermodal keberanian, sampai di meja panitia saya tidak tahu nama halaqoh sendiri. Berkali-kali mencari sana sini tak juga ketemu. Panitia akhirnya angkat bicara,
“kenapa sih nama halaqoh sendiri tidak ditahu”sindirnya. Saya tak bisa berkata apa-apa selain,
“Saya kan Cuma menuntut ilmu, tak masalah apa nama halaqohnya” tegasku. Mereka juga tak mau putus asa,  
            “Apalah arti sebuah nama!’ katanya
            Saya cuman bisa pulang tanpa berita.  Betul juga sih pikirku. Tapi apa kejadiannya kalau namanya sudah terlanjur begitu. Seperti halnya teman kelasku yang satu ini, namanya Mudhillah. Katanya, dulu neneknya berhaji. Nah pas dengar ceramah, kata yang paling sering diulangi masyaikh adalah Mudhillah. Akhirnya nadzar untuk memberikan nama cucu laki-lakinya pun ditunaikan.
            Dan tahukah anda apa itu Mudhillah? Kalau dalam bahasa Arab artinya ‘yang menyesatkan’ . hah! Karena diijazah sudah begitu, terpaksa di tulisan arabnya diubah huruf ‘dho’ manjadi dal. Biar tidak terkesan negatif. Bayangkan hanya persoalan huruf saja sudah berubah arti.
            Contoh lain ketika Nabi mempunyai sahabat bernama al-Hazan, setelah dianjurkan, sahabat ini tak juga mengganti namanya. Akhirnya sepanjang hidupnya ia ditimpa kesedihan. Secara psikologis, namaitu juga mempengaruhi jiwa seseorang.  
            Satu lagi, temanku namanya Rudi Haji Nasir. Hmm. Keren juga sih. Sudah punya titel haji. Berarti semua saudaranya pake haji juga dong? Ternyata ia lahir setelah bapaknya naik haji. Jadi beruntung dia pake haji. Orang juga membanggakan kehajian-nya sampai gelarnyapun ikut sama nama anaknya.
Begitulah sekilas cerita bagaimana memaknai sebuah nama. Bukan apanya, nama itu khan do’a. coba kalau nama kita kayak mudhillah tadi. ‘Hey Mudhillah!’ Jadi kalau diartikan ‘hey orang yang menyesatkan’. Masa kita di doakan jadi penyesat.
Lebih dari itu bahkan Nabi menganjurkan memberikan nama pada benda-benda yang dimilikinya. seperti saat beliau membonceng Muadz ibnu Jabal Radiallahu ‘anhu menggunakan Himar. Tahukah anda himar beliau bernama ‘Ufair. Padahal itu binatang kendaraan saja. Punya nama tersendiri. Kalau perlu motor kita juga pake nama dan semua yang bisa diberi nama. Jadi kalau cari kunci motor yang hilang, kan keren “mana ufair’. Mungkin orang sekeliling akan bingung kok cari orang yang asing namanya. Dikirain anda lagi stres, hee. Tapi nggak apa-apa jelasin kalau ini memang ada contohnya dari Nabi. Yang jelas jangan hapenya pake nama orang, nanti ada yang tersinggung namanya dipake panggil hape.
 Saya masih ingat dulu punya kambing namanya manis, boxing dan cempe. Entah kenapa masih terekam dalam memori. Saya juga tidak tahu kenapa bapak juga dulu memberi nama hewan ternaknya. Unik-unik kedengarannya sampai nama sayapun juga begitu. Dikirain adopsi dari luar negeri. Untung ada Muhammad-nya.  Bahkan ada anjing penjaga rumahku dulu namanya roban, diadopsi dari kata ‘qurban’. Karena mulai dipelihara setelah idhul adha.    
Yups! Apalagi  yang namanya manusia, kudu diberi nama yang baik-baik. So! buat kita yang punya anak atau akan beranak. Pilihlah betul-betul nama yang islami. Setidaknya itu menjadi harapan kelak akan jadi apa anak kita. Kata Rasulullah nama yang paling afdhal adalah Abdullah dan  Abdurrahman. jangan memakai nama sifat Allah, seperti Rahman,tetapi tambahkan ‘abdu’.  Panggillah seseorang dengan nama yang ia sukai.  Jangan lupa nama yang paling populer di dunia itu Muhammad.
17 Feb 12,
 (SCience ILhlas TAqwa)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Inspirasi

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam as-Syaafi'i dll memang telah tiada di dunia ini.

Namun, ketika manusia membaca buku, tulisan mereka ...

"Berkata, Imam Bukhari, Muslim as-Syaafi'i rahimahumullah ..."

Saat itu pula seolah mereka masih hidup di dunia...

Msc_