Pernah saya
hendak mengahadiri semacam acara pengajian. Maklum acaranya dari pagi sampai
sore. Karena kurang tidur, akhirnya memutuskan minum kopi. Namun terlanjur
sudah perjalanan dari rumah menuju tempat acara. Akhirnya memutuskan untuk
mampir saja ke salah satu
sekret LDK. Pas sampai, kebanyakan orang-orang disitu
sedang membersihkan.
Beranikan diri saja, “Maaf, bisa saya
minta segelas air panasnya?” tanpa meminta kopi. Tadi sebelum berangkat, sudah
ada sebungkus kopi di dalam tas. Kami berdua-pun diarahkan masuk ke sekretnya.
Sesaat setelah bersalaman, dua orang
tadi yang sibuk depan laptop tiba-tiba salah tingkah. Yang satu langsung
keluar. Lainnya masih depan laptopnya hendak mengklik sesuatu, tapi dari tadi nggak
bisa juga. Kebetulan saya berdiri pas dibelakang mereka untuk mengambil air
panas. Akhirnya orang ini juga ikut keluar. Tinggallah saya dilayani orang
pertama tadi mencarikan gelas kosong untuk dibersihkan.
Tiba-tiba
saya berfikir, “Kayaknya ada yang aneh nih”. Kenapa mereka semua langsung
meninggalkan sendiri. Kecuali yang
pertama tadi memang keluar membersihkan gelas. Atau mungkin gara-gara tadi
masuk tanpa memberi salam langsung salaman, makanya mereka langsung kaget
keluar. Tapi kayaknya bukan begitu!
Perlahan
saya menghadapkan wajah ke laptop. Oh iya, ternyata disitu sementara online dan
lagi memutar pertandingan sepakbola! Dari tadi mau di-close nggak
bisa. Entahlah mungkin sementara men-download. Rugi kan kalau langsung
dibatalkan padahal sudah setengah jam. Atau mungkin mereka langsung keluar
lantaran para teman-teman diluar sudah pada bekerja. Sementara dari tadi asyik
menonton bola.
Intinya,
saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan atau mengumbar aibnya. Sebab Rasulullah
bersabda, “Barangsiapa menutup aib saudaranya. Maka Allah juga akan menutup
aibnya dihari kiamat kelak”.
Kita hendak mengambil hikmah,
pelajaran saja. Kata ulama, “As-sa’iidu
man wu ‘izho bigoirihi, Yang berbahagia itu yang bisa mengambil pelajaran
dari lainnya”. Dalam pergaulan interaksi kita sehari-hari pasti ada
gesekan-gesekan. Ada hal-hal yang kurang dan mungkin tidak baik dari saudara
kita. Seyogyanya mengambil yang baik-baiknya saja.
Dalam perjalan hidup, Kita tidak
selamnya mendapatkan guru yang ramah sopan baik akhlaknya. Bagaimana saat
mendapati syekh yang minum berdiri? Apa kita akan memutuskan untuk tidak
belajar darinya. Padahal ia punya banyak ilmu?
Tetap anda
mengambil manfaat darinya. Jangan sia-siakan menuntut ilmu. Ambil ilmunya dan
tinggalkan akhlaknya yang kurang baik. Tidak semua orang bisa kita jadikan
qudwah seratus persen. Karena semua manusia pasti punya kesalahan. Intinya,
kita mengambil ibrahnya. Kalau dapat guru yang pemarah, maka kita berusaha saat
menjadi pengajar kelak jangan suka marah. Dan seterusnya.
Jika ingin
mencari qudwah? Contoh teladan sesungguhnya adalah Rasulullah sendiri. “Sungguh-
sungguh terdapat dalam diri Rasulullah contoh teladan terbaik”. Bagaimana
akhlaknya Rasulullah? Kata ‘Aisyah, “Akhlak beliau adalah al-Qur’an”. Beliaulah
al-Qur’an berjalan.
Jika ingin mengetahui secara mendalam karakter seseorang sesungguhnya bukan di tempat umum. Pergi dan lihatlah langusung kehidupan sehari-harinya. Kalau perlu menginap di rumahnya. Itulah banyak kisah bagaimana ulama dahulu mereka kadang menginap di rumah syekh gurunya. Mereka tidak hanya ingin mengambil ilmu saja. Tetapi akhlaknya juga. Bagaimana ia bermuamalah dengan keluarganya. Tentu itu tidak didapatkan kecuali dengan melihat langusung.
Seseorang
bisa saja baik dihadapan teman-teman, karena faktor jaim, jaga image.
Tetapi ia tidak bisa menyembunyikan sifat asli saat anda berinteraksi langsung.
Jika ingin mengetahui tabiat asli seseorang ajaklah, temani ia bersafar. Saat
itulah akan sering muncul watak asli. Mungkin di kelas di kantor ia pendiam.
Tetapi siapa bisa mengira ia adalah orang cerewet saat bepergian.
Karena
bersafar, mengadakan perjalanan jauh adalah sebagian dari azab. Makanya akan
kentar bagaimana orang bisa bersabar dan tidak. Mungkin di saat kondisi rehat
bisa saja ia menahan emosi, tetapi kita tidak tahu bagaimana tanggapan ia saat
menghadapi kesulitan!
Ini baru
saya yang datang ke tempat ikhwah tadi, bagaiaman kalau tiba-tiba murabbinya yang
langsung datang. Apa eksperinya? Bisa saja seseorang menyembunyikan sesuatu
dari Murabbinya. Tetapi temannyalah sebenarnya paling tahu. Makanya jika ingin
mengetahui siapa diriseorang sesungguhnya tanyakan pada teman sahabat paling
akrabnya.
Sebenarnya,
kalau hendak mengetahui karakter seorang sering-seringlah mengadakan inspeksi
mendadak. Bagaiamana rasanya para pegawai tiba-tiba datang atasan sementara
mereka main game dijam kantor?
Buat janjian
datang ke rumahnya pukul 10.00. coba anda datang lebih awal pukul delapan.
Pastinya kaget, “Maaf saya belum menyiapkan apa-apa untuk menyambutmu”.
Maka ini juga bisa digunakan untuk
mengetahui karakter sebenarnya. Seorang bisa saja berakting di depan publik.
Sampai ada mengatakan, “Saya tidak perlu menunggumu datang dalam keadaan
sempurna. Saya ingin dirimu layaknya saat ini”. Makanya kalau ingin melihat
wajah asli, bagaimana ia kecantikan aslinya, temui saat ia baru saja bangun
pagi. Itulah wajah asli sebenarnya.
“Saya tidak perlu menunggu
kehadiranmu yang begitu sempurnya. Saya akan menerimamu seperti apa adanya saat
ini”. Dan itu jauh lebih baik daripada akhirnya kecewa dengan
bungkusan-bungkusan menggoda. Tetapi isi yang kosong.
Kebahagiaan bukanlah ketika ia bisa
menjadi terbaik. Tetapi saat ia bisa memberikan terbaik setiap yang hadir dalam
hidupnya!
Bayangkanlah, anda lagi bermaksiat
lalu tiba-tiba Rasululah datang di rumah anda? Apa yang kamu katakan pada
beliau. Permintaan maaf, “Maafkan saya ya Rasulullah atas segala perbuatan ini
karena anda datang tanpa memberi tahuku!”
Bayangkanlah selalu, kalau Rasululah
akan datang tiba-tiba menemuimu. Dimana kapan-pun itu
Bagaimana lagi jika yang selalu akan
datang adalah Malaikat maut? Apa anda akan meminta, “Afwan, saya belum siap
dicabut nyawa dalam seperti ini. Tunggu dulu, beri waktu untuk saya bertaubat. Mengerjakan shalat yang
selalu luput”.
Lebih daripada itu, Allah sebenarnya
lebih ketat pengawasannya pada setiap hambanya. Bukankah segala gerak gerik
perkataan diucapkan melainkan selalu ditulis direkam olehNya. Kita bisa saja
luput dari pengawasan manusia. Tetapi itu tidak akan luput dari pengawasaannya.
Di akhirat kelak semuanya akan terungkap. Akan diputarkan film sejrah hidup
kita. Semua aib akan terungkap. Dan itulah pengadilan sebenarnya tanpa
rekayasa.
Siapkah anda bermaksiat sementara
disaksikan oleh Allah?
(http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/03/begini-mengetahui-karakter-seseorang-597973.html)
0 komentar:
Posting Komentar