Social Icons

Pages

Di Balik Hijab



            Pernah saya hendak mengahadiri semacam acara pengajian. Maklum acaranya dari pagi sampai sore. Karena kurang tidur, akhirnya memutuskan minum kopi. Namun terlanjur sudah perjalanan dari rumah menuju tempat acara. Akhirnya memutuskan untuk mampir saja ke salah satu
sekret LDK. Pas sampai, kebanyakan orang-orang disitu sedang membersihkan.
            Beranikan diri saja, “Maaf, bisa saya minta segelas air panasnya?” tanpa meminta kopi. Tadi sebelum berangkat, sudah ada sebungkus kopi di dalam tas. Kami berdua-pun diarahkan masuk ke sekretnya.     

Sesaat setelah bersalaman, dua orang tadi yang sibuk depan laptop tiba-tiba salah tingkah. Yang satu langsung keluar. Lainnya masih depan laptopnya hendak mengklik sesuatu, tapi dari tadi nggak bisa juga. Kebetulan saya berdiri pas dibelakang mereka untuk mengambil air panas. Akhirnya orang ini juga ikut keluar. Tinggallah saya dilayani orang pertama tadi mencarikan gelas kosong untuk dibersihkan.

            Tiba-tiba saya berfikir, “Kayaknya ada yang aneh nih”. Kenapa mereka semua langsung meninggalkan sendiri.  Kecuali yang pertama tadi memang keluar membersihkan gelas. Atau mungkin gara-gara tadi masuk tanpa memberi salam langsung salaman, makanya mereka langsung kaget keluar. Tapi kayaknya bukan begitu!

            Perlahan saya menghadapkan wajah ke laptop. Oh iya, ternyata disitu sementara online dan lagi memutar pertandingan sepakbola! Dari tadi mau di-close nggak bisa. Entahlah mungkin sementara men-download. Rugi kan kalau langsung dibatalkan padahal sudah setengah jam. Atau mungkin mereka langsung keluar lantaran para teman-teman diluar sudah pada bekerja. Sementara dari tadi asyik menonton bola.

            Intinya, saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan atau mengumbar aibnya. Sebab Rasulullah bersabda, “Barangsiapa menutup aib saudaranya. Maka Allah juga akan menutup aibnya dihari kiamat kelak”.

Kita hendak mengambil hikmah, pelajaran saja.  Kata ulama, “As-sa’iidu man wu ‘izho bigoirihi, Yang berbahagia itu yang bisa mengambil pelajaran dari lainnya”. Dalam pergaulan interaksi kita sehari-hari pasti ada gesekan-gesekan. Ada hal-hal yang kurang dan mungkin tidak baik dari saudara kita. Seyogyanya mengambil yang baik-baiknya saja.

Dalam perjalan hidup, Kita tidak selamnya mendapatkan guru yang ramah sopan baik akhlaknya. Bagaimana saat mendapati syekh yang minum berdiri? Apa kita akan memutuskan untuk tidak belajar darinya. Padahal ia punya banyak ilmu?

            Tetap anda mengambil manfaat darinya. Jangan sia-siakan menuntut ilmu. Ambil ilmunya dan tinggalkan akhlaknya yang kurang baik. Tidak semua orang bisa kita jadikan qudwah seratus persen. Karena semua manusia pasti punya kesalahan. Intinya, kita mengambil ibrahnya. Kalau dapat guru yang pemarah, maka kita berusaha saat menjadi pengajar kelak jangan suka marah. Dan seterusnya.

            Jika ingin mencari qudwah? Contoh teladan sesungguhnya adalah Rasulullah sendiri. “Sungguh- sungguh terdapat dalam diri Rasulullah contoh teladan terbaik”. Bagaimana akhlaknya Rasulullah? Kata ‘Aisyah, “Akhlak beliau adalah al-Qur’an”. Beliaulah al-Qur’an berjalan.



            Jika ingin mengetahui secara mendalam karakter seseorang sesungguhnya bukan di tempat umum. Pergi dan lihatlah langusung kehidupan sehari-harinya. Kalau perlu menginap di rumahnya. Itulah banyak kisah bagaimana ulama dahulu mereka kadang menginap di rumah syekh gurunya. Mereka tidak hanya ingin mengambil ilmu saja. Tetapi akhlaknya juga. Bagaimana ia bermuamalah dengan keluarganya. Tentu itu tidak didapatkan kecuali dengan melihat langusung.


            Seseorang bisa saja baik dihadapan teman-teman, karena faktor jaim, jaga image. Tetapi ia tidak bisa menyembunyikan sifat asli saat anda berinteraksi langsung. Jika ingin mengetahui tabiat asli seseorang ajaklah, temani ia bersafar. Saat itulah akan sering muncul watak asli. Mungkin di kelas di kantor ia pendiam. Tetapi siapa bisa mengira ia adalah orang cerewet saat bepergian.

            Karena bersafar, mengadakan perjalanan jauh adalah sebagian dari azab. Makanya akan kentar bagaimana orang bisa bersabar dan tidak. Mungkin di saat kondisi rehat bisa saja ia menahan emosi, tetapi kita tidak tahu bagaimana tanggapan ia saat menghadapi kesulitan!

            Ini baru saya yang datang ke tempat ikhwah tadi, bagaiaman kalau tiba-tiba murabbinya yang langsung datang. Apa eksperinya? Bisa saja seseorang menyembunyikan sesuatu dari Murabbinya. Tetapi temannyalah sebenarnya paling tahu. Makanya jika ingin mengetahui siapa diriseorang sesungguhnya tanyakan pada teman sahabat paling akrabnya.

            Sebenarnya, kalau hendak mengetahui karakter seorang sering-seringlah mengadakan inspeksi mendadak. Bagaiamana rasanya para pegawai tiba-tiba datang atasan sementara mereka main game dijam kantor?

            Buat janjian datang ke rumahnya pukul 10.00. coba anda datang lebih awal pukul delapan. Pastinya kaget, “Maaf saya belum menyiapkan apa-apa untuk menyambutmu”.

Maka ini juga bisa digunakan untuk mengetahui karakter sebenarnya. Seorang bisa saja berakting di depan publik. Sampai ada mengatakan, “Saya tidak perlu menunggumu datang dalam keadaan sempurna. Saya ingin dirimu layaknya saat ini”. Makanya kalau ingin melihat wajah asli, bagaimana ia kecantikan aslinya, temui saat ia baru saja bangun pagi. Itulah wajah asli sebenarnya.

“Saya tidak perlu menunggu kehadiranmu yang begitu sempurnya. Saya akan menerimamu seperti apa adanya saat ini”. Dan itu jauh lebih baik daripada akhirnya kecewa dengan bungkusan-bungkusan menggoda. Tetapi isi yang kosong.

            Kebahagiaan bukanlah ketika ia bisa menjadi terbaik. Tetapi saat ia bisa memberikan terbaik setiap yang hadir dalam hidupnya!

Bayangkanlah, anda lagi bermaksiat lalu tiba-tiba Rasululah datang di rumah anda? Apa yang kamu katakan pada beliau. Permintaan maaf, “Maafkan saya ya Rasulullah atas segala perbuatan ini karena anda datang tanpa memberi tahuku!”

Bayangkanlah selalu, kalau Rasululah akan datang tiba-tiba menemuimu. Dimana kapan-pun itu
Bagaimana lagi jika yang selalu akan datang adalah Malaikat maut? Apa anda akan meminta, “Afwan, saya belum siap dicabut nyawa dalam seperti ini. Tunggu dulu, beri waktu untuk  saya bertaubat. Mengerjakan shalat yang selalu luput”. 

Lebih daripada itu, Allah sebenarnya lebih ketat pengawasannya pada setiap hambanya. Bukankah segala gerak gerik perkataan diucapkan melainkan selalu ditulis direkam olehNya. Kita bisa saja luput dari pengawasan manusia. Tetapi itu tidak akan luput dari pengawasaannya. Di akhirat kelak semuanya akan terungkap. Akan diputarkan film sejrah hidup kita. Semua aib akan terungkap. Dan itulah pengadilan sebenarnya tanpa rekayasa.

Siapkah anda bermaksiat sementara disaksikan oleh Allah? 

(http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/03/begini-mengetahui-karakter-seseorang-597973.html)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Inspirasi

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam as-Syaafi'i dll memang telah tiada di dunia ini.

Namun, ketika manusia membaca buku, tulisan mereka ...

"Berkata, Imam Bukhari, Muslim as-Syaafi'i rahimahumullah ..."

Saat itu pula seolah mereka masih hidup di dunia...

Msc_