Social Icons

Pages

Berilmu tapi Tidak Paham

Seorang Masyaikh pernah didatangi oleh seseorang . Ia baru saja menghadiri wisuda Tahfidz al-Qur’an untuk anaknya.
“Alhamdulillah, anak saya sudah hafidz al-Qur’an”
Syekh balik bertanya, “Apakah dia paham isi al-Qur’an-nya?”
“Tentu belum
ia mengerti hafalannya”
Syekh lalu menyimpulkan, “Bertambah lagi mushaf al-Qur’an!!!”
***
Mengapa Rasulllah sampai bisa menjamin tiga generasi terbaik umat ini ada di zamannya?
Sebaik-baik zaman adalah zamanku (zaman para sahabat), kemudian yang setelahnya (zaman tabi'in), kemudian yang setelahnya (zaman tabiut tabi’in)”(HR.Bukhari Muslim).
Apa standar dari itu semua?

Bulan Ramadhan tidak mulia karena orang berpuasa di dalamnya. Tetapi, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (al-Baqorah:185). Ketika al-Qur’an diturunkan di Bulan Ramadhan!

Seseorang menjadi mulia bukan karena dirinya sendiri. Saat ia menjadi ahlul-Qur’an!
Itulah generasi Qur’ani para sahabat. Memang, di zaman Rasulullah tidak ada cetakan mushaf al-Qur’an. Tetapi Rasulullah berhasil mencetak al-Qur’an dalam dada-dada para sahabatnya.   

Bedanya hari ini, al-Qur’an hanyalah cetakan belaka. Berapa banyak yang rajin membacanya? Membacanya saja kurang, bagaimana lagi mempelajari dan mengamalkannya?
Tetapi apakah cukup sekedar menghafal al-Qur’an saja?

Penggalan kisah Syekh tadi memberikan hikmah pada kita. Tidak cukup dikatakan ahlul-Qur’an dengan hafalan 30 juz!
Itulah Kenapa tidak disebut hafidz al-Qur’an? Justru dikatan ahlul – Qur’an!
Ahlul-Qur’an itulah yang mengamalkan. Al-Qur’an baru bisa menjadi benar-benar petunjuk ketika kita membaca, mempelajari, mentadabburi dan mengamalkan al-Qur’an.

Bahkan, ada diantara sahabat sedikit sekali hafalan al-Qur’an-nya. Para sahabat  mengatakan, “Dahulu apabila kami mempelajari sepuluh ayat al-Qur'an, maka tidaklah kami mempelajari sepuluh ayat berikutnya sampai kami memahami arti makna sepuluh ayat tadi”.

Tetapi, jiwa pengamalan kehidupan mereka adalah al-Qur’an.  Bukan berarti tidak ada semangat untuk menghafal al-Qur’an. Menghafal punya keutamaan. Mentadabburi lebih utama lagi!
Kita tidak sekedar menghafal, melangkah pada tadabbur al-Qur’an serta mengamalkannya!
Disinilah letak perbedaan antara ilmu dan pemahaman. Bisa jadi ada orang sudah hafal 30 Juz, tetapi tidak mengerti dari hafalannya. Al-ilmu dan bukan kefahaman.

Makanya kita diperintahakan berdo’a, “Rabbii zidnii 'lman warzuqnii fahman,  Ya Rabbku! Tambahkanlah ilmu untukku dan kefahaman”.
Tidak cukup dengan berilmu, terpenting memahami ilmu itu. Tidak sedikit orang banyak menghafal nash-nash, ayat ayat dalil. Belum tentu diberikan pemahaman. Seorang ahli fiqh akan lebih utama dari sekedar penghafal saja.
            Namun bagaimana kita bisa memahami al-Qur’an jika tidak mengerti bahasanya?
Adakah cita-cita diantara kita untuk sekedar sekali saja dalam hidup menangis tatkala shalat. Begitu khusyu’nya menghayati bacaan ayat-ayat al-Qur’an. Atau kita kadang berhenti saat mengaji lantaran memahami ayat-ayat surga dan neraka?

Itulah manisnya ibadah, ketika bisa menghayati nikmatnya beribadah.
Kaidah ulama mengatakan, Maa Laa yatimmul wajib illa bihi fahuwa wajib.Apa-apa dari suatu kewajiban tidak sempurna kecuali dengannya, maka hukumnya juga wajib”. Berwudhu bukanlah sebuah kewajiban. Tetapi shalat tidak bisa sempurna kecuali dengan berwudhu, maka wudhu juga jadi wajib. Belajar bahasa Arab juga tidak wajib. Mempelajari al-Qur’an wajib. kita tidak bisa memahami al-Qur’an dengan baik tanpa bahasa Arab, maka mempelajarinya juga wajib.
Maka sambil menghafal, mentadabburi al-Qur’an! Mari mempelajari bahasa para Nabi, ulama dan orang-orang sholeh.  Bahkan bahasa penduduk surga!
****
Tinggal apakah anda mau mempelajari bahasa Arab?

Sekedar menginginkan tidak cukup, kita harus melakukannya!

Tidak ada alasan untuk menunda sebuah kebaikan.

8 Syawwal 1434 H
Msc_


0 komentar:

Posting Komentar

 

Inspirasi

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam as-Syaafi'i dll memang telah tiada di dunia ini.

Namun, ketika manusia membaca buku, tulisan mereka ...

"Berkata, Imam Bukhari, Muslim as-Syaafi'i rahimahumullah ..."

Saat itu pula seolah mereka masih hidup di dunia...

Msc_