Social Icons

Pages

Ruh Tulisan

"Menulis tidak sekedar meyakinkan akal, tetapi juga menyentuh hati pembaca.."
Msc_

         Ada yang bilang begini, “Sebenarnya standar tulisan berbobot itu seperti apa?”

Menulis itu ibarat memasak. Bahan sama, tidak ada hal yang baru di bawah matahari. Bumbubahan dasar dari dulu juga begitu. Semua pada dasarnya sama. Kita sama-sama punya waktu 24 jam sehari semalam, sama-sama makan nasi kok! Tinggal bagaimana anda menghasilkan
resep yang berbeda. Resep yang punya ciri khas sendiri.

Hidup itu metode. Ada seninya.
Hampir semua tulisan sebenarnya sudah pernah dibahas alias basi. Coba lihat hari ini, novel atau tulisan secara umum tentang cinta selalu ada. Padahal cinta dari zaman purbakala. Itu-itu saja. Sepasang kekasih, kalau bukan happy ending, tergantung or unhappy.  Anda hanya dituntut menyajikan khas tulisan berbeda. Agar bisa dinikmati pembaca.

Daya sentuh sebuah tulisan tidak ditentukan semata oleh ide gagasannya. Tetapi bagaimana tulisan itu bisa memberikan pencerahan ke pembacanya.  Tema bisa  saja sama, rasa beda.

           Tulisan harus punya ruh! Seperti apa kondisi anda menulis seperti itu pula-lah orang lain membaca tulisan anda. Ketika anda bersedih sedu menulis, ia akan berefek pada saat orang lain juga akan bersedih membaca. Anda sombong congkak menulis, seperti itu juga orang membaca tulisan anda.
Memang sih setiap tulisan itu pasti ada pembacanya. Nggak semua orang kok suka makan coto? Ada yang tidak suka makan udang, kepiting de el el. Tetapi coba liat penjual produk haram tetap saja optimis akan ada saja pembelinya. Bagaiamana lagi dengan kita para pengusung kebenaran? Sudah jelas barang dagangan kita!
Barang dagangan Allah itu tidak murahan. Sesungguhnya produk dagangan Allah adalah surga!

            Seorang bertanya, “Mengapa perkataan para Salaf, orang soleh terdahulu itu sangat menyentuh?”
Terkadang kita pernah menghadiri beberapa majelis ilmu, Ustadz atau Masyaikh. Tema pembahasan sama, tetapi selalu ada yang berbeda. “Kenapa ya kalau Ustadz yang satu ini rasanya saya tersentuh dengan ceramahnya?” padahal dia tidak berbicara full istilah bahasa tingkat tinggi. Sederhana!

Orang yang mau dikatakan hebat, menulis permasalahan sederhana dengan pembahasan rumit. Orang hebat sesungguhnya menulis permasalahan rumit dengan pembahasan sederhana!
Para Salaf terdahulu, tidaklah mereka berbicara kecuali untuk menegakkan klaimat Allah. Mereka menyampaikan ilmu bukna atas nama pribadi, bukan mencari ketenaran dan  dunia. Maka jangan heran jika perkataan mereka menyentuh, selalu memberikan pencerahan. Tidaklah mereka berbicara melainkan selalu disandarkan pada Allah dan Rasulnya. Mereka berbicara bukan kehendak hawa nafsu belaka.

            Anda mungkin pernah membaca tulisan, rasanya gersang. Cepat bosan. Ada pula berkali-kali tetap saja tidak bosan. Bedakan kenikmatan semu dengan kebahagiaan batin sebenarnya. Semua perkataan tertolak kecuali perkataaan Rasulllah.  Begitupun tulisan, ia memiliki ruh. Tanpa ada ruh! Tulisan hanya akan menjadi omongan belaka, hampa. Berusaha, carilah ruh tulisan anda!

            Tulisan tidak hanya selesai ketika orang membacanya. Tulisan baru bisa dikatakan selesai, ketika ia menyentuh pembacanya. Mereka mendapat pencerahan. Saat anda menyarankan kebaikan, mereka melakukannya. Saat diingatkan akan keburukan, mereka menghindari. Itulah penulis luar biasa!

             Ada yang menarik dari penulis buku “Syahwat Khofiyyah” sebelum meninggal. Diceritakan, diakhir hidupnya mengatakan, “Jika telapak tanganku tertutup, jangan sekali-kali menyebarkan (mencetak) bukuku ini. Tetapi jika telapak tanganku terbuka, silakan menyebarkannya”.

            Begitulah mereka menjaga keikhlasan dalam setiap perbuatannya. Kita perlu menginstropeksi diri. “Untuk apa saya menulis”. Mulailah selalu dengan mengikhlaskan diri pada Allah. Tidak ada tujuan lain selain mengharap ridhonya. Ruh tulisan sebagaimana anda menjaga niat keikhlasan. Tulisan kita kadang tidak berbobot bisa jadi tidak ikhlasnya kita menulis. Ilmu kadang tidak sampai, tidak berberkah lantaran niat kita mengajarkan begitupula penerima ilmu tidak disertai keikhlasan.

            Mengapa, dibuku-buku fiqh para ulama selalu dimulai dengan ‘Kitab Toharah’ ? bukannya rukun islam iman lebih dahulu? Sebenarnya ia mau mengatakan pada pembacanya. “Wahai kalian, sebelum membaca buku saya. Bersihkanlah diri kalian!”. Membersihah secara lahiriyah maupun batiniyah. Tidak hanya badan, tetapi juga keikhlasan niat, membersihkan dari segala kesyirikan.  



            Kita sudah saksikan betapa banyak hari ini buku bestseller, dicetak berjuta exlamplar. Rasanya itu sebentar, sekarang jarang lagi orang membacanya. Bahkan ia tenggelam dimakan masa. Setelah itu manusia bosan mambacanya. Ia hanya populer ketika naik daun.  Sesungguhnya pahala tulisan anda tidaklah dilihat berapa kali ia dicetak. Tetapi sejauh mana keikhlasan, tulisan anda bisa memberikan manfaat, perubahan, pencerahan pada umat.
            Siapa pengarang buku Muwattho?
Imam Malik pernah ditanya, “Wahai Imam, apa pendapatmu? Orang –orang juga ramai menulis buku Muwhattho mengikutimu?”. Dengan tenang ia menjawab, “Maa lillahi baqii, Apa yang karena, hanya untuk Allah. Itulah yang abadi”.
Sampai detik ini tidak ada kita kenal penulis Buku Muwathtto selain Imam Malik. Padahal di zamannya begitu banyaknya orang juga berlomba-lomba menulis Muwhattho.
Ketahanan, keabadian tulisan anda bergantung seberapa kuat ruh tulisan itu! Ingat, menulis adalah pekerjaan keabadiaan. Anda menulis tidak hanya untuk zaman sesaat saja. Menulislah! tulisan yang menembus batas ruang, zaman dan waktu. Itulah penulis sejati!

            Mengapa tulisan Shohih Bukhari sampai dikatakan buku yang paling sohih setelah al-Qur’an? Bahkan tidak ada meragukan. Jika sudah, “Riwayat Bukhari” orang sudah tenang. Berabad lamanya ia sudah tiada, tetapi bukunya masih dibaca, dipelajari dan diajarkan hingga detik ini. Semoga Allah merahmatinya. Apa sebenarnya rahasia dibalik ia menulis buku?
Semoga seizinNya kita masih bisa mengungkapnya di waktu lain!
 Muhammad Scilta Riska,

0 komentar:

Posting Komentar

 

Inspirasi

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam as-Syaafi'i dll memang telah tiada di dunia ini.

Namun, ketika manusia membaca buku, tulisan mereka ...

"Berkata, Imam Bukhari, Muslim as-Syaafi'i rahimahumullah ..."

Saat itu pula seolah mereka masih hidup di dunia...

Msc_