“ Penulis itu tidak lahir dari pelatihan seminar lembaga penulisan dan training apapun... lalu?
Penulis lahir karena dia menulis... itu saja...” jawaban saya pada seorang teman chatting fb.
Banyak orang kecewa setelah masuk lembaga kepenulisan.
Mereka menyangka setelah ditraining langsung keluar jadi penulis, itu mustahil!
Ternyata yang
mereka cari tidak ada. Disaat training memang tidak dibagikan mantra-mantra
menulis... yang dibahas cuma satu...
Bagaimana motivasi menulis itu muncul dari diri anda!
Ujung-ujungnya Cuma itu, anda punya semangat untuk menulis.
“Jikalau anda kekurangan kertas itu hanyalah kurang
sedikit. Kalau anda kehilangan pena, itu baru kehabisan banyak. Tetapi, kalau
anda kekurangan motivasi, ide, impian dan semangat dan tujuan hidup. Sungguh anda
telah kehilangan segalanya”
Muh.
Scilta R.
Jadi, sebenarnya menulis itu hanya butuh motivasi
dan dorongan hasrat anda untuk menulis..
Bagaimanapun hebatnya trainer training, tapi kalau
anda tidak pernah membaca dan menggerakkan pena, bagaimana lahir tulisan? Mereka
jadi penulis yaaa… karena mereka menulis..
“ Menulis adalah membaca dua kali” kata Gola Gong.
Banyak orang mau pengen sekali jadi penulis.. tapi membaca
buku saja pas-pasan. Apa yang mau ditulis.....?
Satu kata kunci, perbanyak membaca. Dari sinilah lahir ide, gagasan tulisan, minimal
anda mereferensi buku yang telah dibaca. Sekali lagi, membaca itu bukan melihat huruf saja,
tapi membaca kehidupan ini. Banyak hal yang terlintas dibenak kita, tapi terlewatkan
begitu saja. kenapa kita tidak mau menulisnya. Bisa jadi permasalah sepele buat
kita, itu bisa menggugah hati orang lain.
Namun, bukan berarti anda cukup membaca dan menulis sendiri di dalam kamar. Anda
juga butuh inspirasi dari oarang lain. Sharing pengalaman. Itulah gunanya ikut trainig.
Ada banyak hal yang bisa menambah
referensi, agar tidak terjadi kemarau inspirasi. Penulis juga butuh lingkungan kondusif. cari teman yang bisa diajak sharing menulis, biar saling menyemangati. Orang yang mau tersentuh siraman rohani pastinya
bergaul sama orang-orang sholeh.. begitupun penulis..dia butuh lingkungan..
Sebenarnya,
masih banyak hal tentang kepenulisan. Saya kira ini sudah cukup dua saja
teorinya... percuma membahas panjang tetapi kita belum memulai..
Ada satu teori dalam menghilangkan rasa takut berbuat
baik, kerjakan lawannya! Kalau anda takut ragu-ragu berenang, coba langsung
lompat ke kolam renang. insyAllah akan hilang rasa takutnya. Takut bicara depan
umum, naik langsung berpidato dan sebagainya. Lalu?
Kalau
takut, tidak tahu menulis, yaa langsung ambil pulpen plus kertas lalu menulis!
Mamang susah ...
kering inspirasi.. tidak tahu mau mulai dari mana.. sudah menulis satu pragraf
langsung blank. Yah itu sudah biasa. Penulis hebatpun mengalami hal yang sama. Jadi kita
pernah merasakan hal yang sama.
Tapi, hanya satu
yang membedakan. karena mereka bertahan. Apakah yang rajin itu tidak punya rasa
malas? Tentu orang yang rajin dan malas sama2 punya rasa malas, apa bedanya? Yang malas, ketika malas menjemput, ia tidak bisa
melawan, jadilah malas. Yang rajin juga begitu, tapi karena dia melawan
malasnya. Jadilah “Man jadda wajada”
Coba kita menghayalkan, “Bagaimana
caranya membuat tulisan sampai akhirnya terbit buku”. 30 detik sudah cukup!
Jadi, permasalahan
utamanya sebenarnya sederhana, “Saya mau jadi penulis”. Kita balik tanya, “Anda
sudah menulis?”
“Apakah kita sudah
memulai menulis? Itu saja!”. Msc_
(ini hanyalah hasil
rekapitulasi chatting dg teman fb. Mencari ide sebenarnya gampang susah, tinggal bagaimana kita mengikat. Makanya, seorang
teman kadang takut2 bercakap panjang lebar dg saya. Takut pembicaraannya ditulis. Pernah dia berkisah keluh kesahnya, diam-diam sy tulis akhirnya kaget
karena melihat ada kemiripan peristiwa dengannya.. semoga bisa menjadi inspiras
buat kita)
"Sekali lagi, membaca itu bukan melihat huruf saja, tapi membaca kehidupan ini"
BalasHapussangat setuju.. dan biasanya dari sinilah lahirlah inspirasi!