Social Icons

Pages

Anak Sekolah juga Bisa Berdakwah

Kala itu cuaca sangat dingin disertai hujan lebat, aku memutuskan untuk mengakhiri hidup. Kesedihan amat dalam, tak seorang yang peduli, tidak ada alasan lagi bagiku untuk hidup. Kecuali ke atas kursi lalu mengalungkan seutas tali pada leherku . Ketika hendak melompat, terdengar suara bel. Pikirku,
”Paling sebentar lagi juga pergi.” Namun suara bel, ketukan pintu semakin kuat.
“Siapa gerangan yang sudi mengunjungiku. Tidak akan ada yang mengetuk pintu rumahku.”
Kulepaskan tali maut dan bergegas ke pintu. Seorang anak kecil dengan pandangan dan senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Perkataan lembutnya telah mengetuk hatiku yang mati hingga bangkit kembali.
“Nyonya, saya datang untuk menyampaikan bahwa Allah Ta’ala sangat menyayangi dan memperhatikan nyonya,” sambil memberikan buku Jalan Menuju Surga padaku.
            Dari sinilah berawal hingga akhirnya nenek tua itu masuk islam lewat seorang bocah kecil membagikan buku. Jika saja yang membagikan buku ini akan mendapatkan pahala begitu besar, bagaimana lagi dengan yang menulis, mencetak dan menyebarkan.
Mungkin sih ada diantara kamu bilang begini, “Dakwah itu kan pekerjaan orang besar, mahasiswa, da’i, ustadz, ulama atau sekaliber Nabi.”
Memang, setiap zaman akan ada yang utus untuk berdakwah, menyeru kepada manusia untuk menyembah kepada Allah semata. Dan mereka pada tujuan sama, “Menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya.”
Rasul pertama Nuh ‘alaihissalam menyeru pada kaummnya. Setelah beliau wafat, diutus lagi Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. lalu Nabi Musa ‘alaihissalam pada Bani Israil. Kemudian Nabi Isa ‘alahissalam. Dan terakhir penutup para Nabi, Rasulullah Sallahu ‘alaihi wa sallam.
            Apa bedanya nih ummat terdahulu dengan ummatnya Nabi Muhammad? Ummat terdahulu hanya dibebankan satu hal, Bagaimana menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannnya.
            Adapun ummatnya Rasulullah punya dua tanggungjawab, selain menyembah semata kepada Allah, juga berdakwah kepada manusia. Sebab Sepeninggal Rasulullah, disaat manusia sudah musyrik, tentu Allah tidak akan mengutus Nabi lagi. Sebab beliau-lah penutup para Nabi. Lalu siapa yang melanjutkan risalah Rasulullah, berdakwah dijalan-Nya?
Sohib, setiap muslim punya amanah, tanggungjawab berdakwah. Mau nggak jadi pelanjut para Nabi dan Rasul? So pastinya kamu harus berdakwah.
Coba renungkan pahalanya, “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka ia memperoleh pahala sebagaimana pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim). Bahkan nih, lewat perantaraan kamu orang dapat hidayah, ibaratnya dapat onta merah di zaman Rasulullah. Bagaimana lagi di zaman sekarang.
Dakwah ala Anak Sekolah
Anak sekolah juga bisa berdakwah. Tentu nggak mungkin kamu langsung terjun bebas begitu saja tanpa persiapan.
1.    Berdakwah pada Diri Sendiri
Nggak mungkinlah kamu mau ngajak orang shalat, kamu sendiri shalatnya belum benar. Jangan sampai kayak lilin, menerangi sekitarnya tapi lupa kalau dirinya sendiri akan habis. Jika mendakwahi diri sendiri saja nggak bisa gimana orang lain.
Tak kalah pentingnya juga, harus punya ilmu syar’i. Sarana ilmu sekarang sudah terjangkau. Kamu bisa ikut kajian pekanan, pengajian atau ta’lim rutin. Soalnya apa nih yang akan kamu sampaikan kalau nggak ilmu. Sampaikan apa yang kamu ketahui. Sampai Imam Bukhari menulis judul bab bukunya, Berilmu sebelum berkata dan berbuat.
Sebelum menganjurkan kebaikan pada orang lain, kita sendiri pertama yang mengamalkan. Apa kita akan mengatakan pada sesuatu padahal kita sendiri belum mengerjakan.
2.    Keluarga
Sohib, masa kamu ajak orang lain bagaimana cara shalat yang benar, berpakaian menutup aurat. Sementara lupa kalau orang-orang di rumah masih ada nggak shalat lima waktu. “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6).
Meskipun yang memberi hidayah petunjuk bukan kita, tapi Allah azza wa jalla. Namun tetap kita punya tanggungjawab berdakwah pada keluarga.
3.    Kerabat
Bisa berati teman dekat, sahabatmu. Kayak Rasulullah pertamakali beliau ajak  sahabat terdekatnya, Abu Bakar as-shiddiq. Bisa jadi nggak sedikit teman kelasmu masih bolong-bolong shalatnya. Apa salahnya kamu ajak langsung mereka shalat ke mesjid. Yang penting berikan contoh yang baik. Dakwah dengan tindakan kenyataan lebih efektif daripada sekedar berkata-kata. Kalau mau ajak orang bersedekah, nggak musti naik ceramah satu jam di atas mimbar. Cukup kamu langsung yang bersedekah, akan ada yang mengikuti.
4.    Organisasi
Nah, setiap sekolah pastinya punya eskul salah satunya Rohis. Daripada ikut geng-geng remaja yang nggak beres, habis waktu muda gak berpahala lagi.
Kamu bisa nih jadi aktifis Rohis sekalian, biar dakwah terorganisir lebih baik. Lewat Rohis kamu bisa membantu dalam kerja-kerja dakwah, entah buat acara kajian pekanan, pengajian bergilir tiap kelas, tabligh akbar atau sekali-kali pertandingan futsal antar Rohis.
Terakhir, dakwah itu memang jalan lurus, tapi jalannya tidak selalu mulus. Ada yang menolak maupun menerima. Nabi saja dakwahnya kadang ditolak, gimana lagi dengan kita. Yup berdakwah juga butuh kesabaran.
Intinya dakwah itu nggak kenal muda tua, remaja dewasa. Setiap yang mengikrarkan syahadat punya tanggungjawab beban dakwah. Jadi anak sekolah itu biasa. Tapi anak sekolah bisa berdakwah itu baru luar biasa.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Inspirasi

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam as-Syaafi'i dll memang telah tiada di dunia ini.

Namun, ketika manusia membaca buku, tulisan mereka ...

"Berkata, Imam Bukhari, Muslim as-Syaafi'i rahimahumullah ..."

Saat itu pula seolah mereka masih hidup di dunia...

Msc_