Kala itu cuaca sangat dingin disertai hujan lebat, aku memutuskan
untuk mengakhiri hidup. Kesedihan amat dalam, tak seorang yang peduli, tidak
ada alasan lagi bagiku untuk hidup. Kecuali ke atas kursi lalu mengalungkan
seutas tali pada leherku . Ketika hendak melompat, terdengar suara bel. Pikirku,
”Paling sebentar lagi juga pergi.” Namun suara bel, ketukan pintu semakin kuat.
“Siapa gerangan yang sudi mengunjungiku. Tidak akan ada yang
mengetuk pintu rumahku.”
Kulepaskan tali maut dan bergegas ke pintu. Seorang anak kecil
dengan pandangan dan senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Perkataan
lembutnya telah mengetuk hatiku yang mati hingga bangkit kembali.
“Nyonya, saya datang untuk menyampaikan bahwa Allah Ta’ala sangat
menyayangi dan memperhatikan nyonya,” sambil memberikan buku Jalan Menuju
Surga padaku.
Dari sinilah berawal hingga akhirnya
nenek tua itu masuk islam lewat seorang bocah kecil membagikan buku. Jika saja
yang membagikan buku ini akan mendapatkan pahala begitu besar, bagaimana lagi
dengan yang menulis, mencetak dan menyebarkan.
Mungkin sih ada diantara kamu bilang
begini, “Dakwah itu kan pekerjaan orang besar, mahasiswa, da’i, ustadz,
ulama atau sekaliber Nabi.”
Memang, setiap zaman akan ada yang utus untuk
berdakwah, menyeru kepada manusia untuk menyembah kepada Allah semata. Dan
mereka pada tujuan sama, “Menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya.”
Rasul pertama Nuh ‘alaihissalam menyeru pada
kaummnya. Setelah beliau wafat, diutus lagi Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. lalu
Nabi Musa ‘alaihissalam pada Bani Israil. Kemudian Nabi Isa ‘alahissalam. Dan
terakhir penutup para Nabi, Rasulullah Sallahu ‘alaihi wa sallam.
Apa bedanya nih ummat
terdahulu dengan ummatnya Nabi Muhammad? Ummat terdahulu hanya dibebankan satu
hal, Bagaimana menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannnya.
Adapun ummatnya Rasulullah punya dua
tanggungjawab, selain menyembah semata kepada Allah, juga berdakwah kepada
manusia. Sebab Sepeninggal Rasulullah, disaat manusia sudah musyrik, tentu
Allah tidak akan mengutus Nabi lagi. Sebab beliau-lah penutup para Nabi. Lalu
siapa yang melanjutkan risalah Rasulullah, berdakwah dijalan-Nya?
Sohib, setiap muslim punya amanah,
tanggungjawab berdakwah. Mau nggak jadi pelanjut para Nabi dan Rasul? So
pastinya kamu harus berdakwah.
Coba renungkan pahalanya, “Barangsiapa
yang menunjukkan kepada kebaikan maka ia memperoleh pahala sebagaimana pahala
orang yang melakukannya.” (HR. Muslim).
Bahkan nih, lewat perantaraan kamu orang dapat hidayah, ibaratnya dapat
onta merah di zaman Rasulullah. Bagaimana lagi di zaman sekarang.
Dakwah
ala Anak Sekolah
Anak
sekolah juga bisa berdakwah. Tentu nggak mungkin kamu langsung terjun
bebas begitu saja tanpa persiapan.
1.
Berdakwah pada Diri Sendiri
Nggak
mungkinlah kamu mau ngajak orang shalat, kamu sendiri shalatnya belum
benar. Jangan sampai kayak lilin, menerangi sekitarnya tapi lupa kalau dirinya sendiri
akan habis. Jika mendakwahi diri sendiri saja nggak bisa gimana
orang lain.
Tak kalah pentingnya juga, harus punya ilmu
syar’i. Sarana ilmu sekarang sudah terjangkau. Kamu bisa ikut kajian pekanan, pengajian
atau ta’lim rutin. Soalnya apa nih yang akan kamu sampaikan kalau nggak
ilmu. Sampaikan apa yang kamu ketahui. Sampai Imam Bukhari menulis judul bab
bukunya, Berilmu sebelum berkata dan berbuat.
Sebelum menganjurkan kebaikan pada orang lain,
kita sendiri pertama yang mengamalkan. Apa kita akan mengatakan pada sesuatu
padahal kita sendiri belum mengerjakan.
2.
Keluarga
Sohib, masa kamu ajak orang lain bagaimana cara
shalat yang benar, berpakaian menutup aurat. Sementara lupa kalau orang-orang
di rumah masih ada nggak shalat lima waktu. “Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS.
At-Tahrim: 6).
Meskipun yang memberi hidayah petunjuk bukan
kita, tapi Allah azza wa jalla. Namun tetap kita punya tanggungjawab berdakwah
pada keluarga.
3.
Kerabat
Bisa berati teman dekat, sahabatmu. Kayak
Rasulullah pertamakali beliau ajak sahabat terdekatnya, Abu Bakar as-shiddiq. Bisa
jadi nggak sedikit teman kelasmu masih bolong-bolong shalatnya. Apa
salahnya kamu ajak langsung mereka shalat ke mesjid. Yang penting berikan
contoh yang baik. Dakwah dengan tindakan kenyataan lebih efektif daripada
sekedar berkata-kata. Kalau mau ajak orang bersedekah, nggak musti naik ceramah
satu jam di atas mimbar. Cukup kamu langsung yang bersedekah, akan ada yang
mengikuti.
4.
Organisasi
Nah, setiap sekolah pastinya punya eskul salah
satunya Rohis. Daripada ikut geng-geng remaja yang nggak beres, habis
waktu muda gak berpahala lagi.
Kamu bisa nih jadi aktifis Rohis sekalian,
biar dakwah terorganisir lebih baik. Lewat Rohis kamu bisa membantu dalam
kerja-kerja dakwah, entah buat acara kajian pekanan, pengajian bergilir tiap
kelas, tabligh akbar atau sekali-kali pertandingan futsal antar Rohis.
Terakhir, dakwah itu memang jalan lurus, tapi
jalannya tidak selalu mulus. Ada yang menolak maupun menerima. Nabi saja
dakwahnya kadang ditolak, gimana lagi dengan kita. Yup berdakwah juga butuh
kesabaran.
Intinya dakwah itu nggak kenal muda tua,
remaja dewasa. Setiap yang mengikrarkan syahadat punya tanggungjawab beban
dakwah. Jadi anak sekolah itu biasa. Tapi anak sekolah bisa berdakwah itu baru
luar biasa.
0 komentar:
Posting Komentar