Social Icons

Pages

Belajar Tapi Tak Berilmu





Menuntut ilmu merupakan ibadah paling mulia. Apalagi menuntut ilmu akhirat.  Tidak akan sama kualitas ibadah antara yang jahil dengan berilmu. Tidak  sedikit orang ingin belajar tetapi kesibukan  kerja menghalangi mereka.  Akhirnya  malas menuntut ilmu. Padahal menunutut ilmu itu tidak mengenal batas usia, sampai benar-benar kamu dipanggil oleh-Nya.
Maka mumpung kamu masih

muda, pikiran masih segar, pergunakanlah sisa hidupmu semaksimal mungkin. Kematian itu sudah pasti, tapi apakah kita sudah pastikan punya perbekalan amal kebaikan?
Kenapa sih menjelang ujian kita selalu dihantui oleh perhitungan nilai-nilai, antara lulus atau gagal? Ujian hanyalah wasilah saja, untuk mengetahui apakah kamu benar-benar menguasai suatu ilmu. Niat tetap harus dijaga. Boleh jadi ada orang sudah susah-susah belajar tetapi tidak mendapatkan ilmu. Lantaran belajar hanya untuk ujian. Atau mencari nilai saja?
Nah biar ujianmu tidak sia-sia begitu saja, disini ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh penuntut ilmu.   
Kecerdasan
Kecerdasan itu terbagi dua, ada faktor keturunan dan diusahan. Kalau kecerdasan keturunan, memang bapaknya, neneknya dan keluarganya sekumpulan orang  cerdas. Dan ini  merupakan karunia Allah. Tidak heran kita kadang mendapati satu keluarga guru, dokter, ulama dan lainnya.
Kalau belajar mungkin cuma butuh lihat satu kali pelajaran sudah bisa ngerti dan menjelaskan. Tetapi kalau kamu tuh golongan kedua, ini butuh kerja ekstra. Tetapi tenanglah semua bisa asalkan kamu mau.
Memang satu, dua, tiga sampai enam kali ulang pelajaran tidak ngerti-ngerti juga. Susah menghafal, nggak cukup kalau Cuma dijelasin sekali saja. Kalau kamu bersabar mungkin ketujuh kalinya sudah paham. Kamu Cuma butuh banyak latihan. Sama aja pisau harus selalu diasah biar nggak tumpul. Bahkan batu itu bisa lubang hanya karena tetesan air. Dan otak kita tidaklah sekeras batu. Yah intinya, musti memperbanyak muro’jaah, mengulang-ulang pelajaran. Filaadah, ‘ifaadah, setiap pengulangan selalu ada faidahnya. 
Semangat

Imam al-Gazali pernah mengatakan, “Jika engkau kehilangan  harta, itu hanyalah kehilangan sedikit. Ketika engkau kehilangan keluarga, sungguh telah kehilangan banyak. Tetapi, jika engkau kehilangan semangat, ide, tujuan hidup, impian dan harapan. Sungguh engkau telah kehilangan segalanya.          


Maka  kamu harus punya target. Sebagaimana Nabi Musa tidak akan berhenti sebelum menemukan Khaidir meskipun berabad-abad. Untuk apa? Belajar pada beliau.
Trus kenapa kita kadang tidak semangat belajar? Tanya dirimu, “Apakah memang benar saya mencintai pelajaran ini? Atau hanya pura-pura mencintai karena terpaksa harus belajar?”. Sebenarnya fisika, matematika, kimia dan pelajaran apapun itu rumusnya cuma satu, “Cintailah pelajaranmu”.  Kalau sudah mencintainya, kamu tidak akan bosan dan terus mau bersamanya. Tidak ada pelajaran yang susah, jika kita mau mempelajarinya. Nikmatilah belajar itu sebagai karuniaNya. Dan bukan beban hidup.
Bersungguh-sungguh
Tidak cukup semangat, “Saya mau jadi begini begitu” tetapi tidak pernah buka buku. Bagaimana ilmu itu bisa datang kalau kamu hanya duduk santai, main game, nonton, malas membaca, banyak tidur, bergurau, foya-foya, bahkan bermakisat na’udzu billahi min dzalik. Dan ilmu itu bukanlah warisan keluarga. Kamu baru saja lahir langsung jadi ulama.
            Imam Syafi’I pernah mengatakan, “Seorang tidak akan mendapatkan ilmu sebelum ia merasakan derita belajar.  Sesuatu yang luar biasa, selalu dimulai dengan kerja keras dan bersungguh-sungguh. Mungkin kamu akan kurang makan, tidur, kurang main tetapi yakinlah pahala akan sesuai kerja kerasnya. Bahkan Imam Bukhari harus melakukan perjalanan sebulan hanya untuk mencari hadits.
            Katanya mau jadi ilmuan, ulama tapi malas belajar. Hanya belajar dihari-hari ujian. Bagaimana memasukkan air satu ember dengan tergesa-gesa ke mulut botol kecil? Orang rajin dan malas itu sama-sama punya rasa malas, bedanya? Orang rajin itu lebih banyak malasnya daripada orang malas, kenapa? Orang rajin selalu melawan rasa malasnya, orang malas sekali ditaklukkan sudah jadi malas.  

            Sungguh-sungguh juga identik dengan konsisten bin istiqomah. Meskipun kamu sudah seratus persen mengeluarkan kerja kerasmu untuk menuntut ilmu. Maka ilmu itu hanya memberikan seperdua darinya. Bagaimana lagi kalau kamu cuma setengah- setengah belajar?

Hindari Maksiat
            Imam Syafi’I pernah bersyair, “Ilmu itu cahaya. Dan cahaya tidak akan masuk pada orang yang bermaksiat”. Nah, kenapa kadang adta pelajaran susah masuk, semisal hafalan al-Qur’an? salah satu penyebabnya adalah dosa maksiat kita. Sampai seorang ulama pernah terlambat bangun shalat lail lantaran dosa yang dilakukannya disiang hari. Maka ilmu yang mulia akan masuk pula pada hati yang bersih suci.
            Dosa maksiat ibarat noda, dan akan perlahan-lahan menjadi titik menutupi hati kita. Maka tidak ada jalan lain kecuali bertaubat pada Allah dan tidak akan mengulangi lagi. Dan itulah makna taqwa, berhati-hati dalam melakukan apa saja jangan sampai terjatuh dalam dosa. “Bertaqwalah kepada Allah, maka Allah akan mengajarimu.  
            Nah mudah-mudahan kamu tambah semangat dalam belajar! Biar menuntut ilmu tidak menjadi sia-sia dan bernilai pahala disisiNya insyaAllah! Sekian, nantikan tips berikutnya!
(Dimuat di Majallah Sedekah Plus edisi perdana, Februari 2014 M).

0 komentar:

Posting Komentar

 

Inspirasi

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam as-Syaafi'i dll memang telah tiada di dunia ini.

Namun, ketika manusia membaca buku, tulisan mereka ...

"Berkata, Imam Bukhari, Muslim as-Syaafi'i rahimahumullah ..."

Saat itu pula seolah mereka masih hidup di dunia...

Msc_