“Bukan
perpisahan yang ku-tangisi, tetapi perjumpaan yang ku-hargai”
Sahabat!
Kita hidup tidaklah sendiri. Nabi Adam,
ketika baru saja diciptakan ia langsung bermohon pada Allah, “Ya Allah,
ciptakankanlah padaku seorang pendamping!”. Maka saat itu pula Allah
menciptakan hawa dari tulang rusuk Adam.
Subahanallah!
Bayangkan! Adam telah tinggal di surga dengan segala kenikmatan tiada tara,
tetapi ia masih saja merasa kesepian. Bagaimana lagi dengan kita? keturunannya
hidup di dunia fana ini, tentu lebih membutuhkan pendamping hidup!

Alaa kulli
hal, fitrah manusia memang lebih membutuhkan teman hidup. kita tidak bisa
memungkiri predikat “Zoon politicion”. Setiap kita membutuhkan yang lain,
siapa-pun itu.
“Satu musuh terlalu banyak, seribu teman masih kurang”.
Jangan Salah Pilih
Namun, tidak
semua teman adalah sahabat. Diperlukan proses pemilihan. Tidak seperti, “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya
menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa” (QS.
Az-Zukhruf :67)
Pilihan kita
sangat menentukan masa depan. Seseorang
bisa saja berteman dengan siapa-pun. Tetapi tidak semua teman memenuhi kriteria
sahabat. Lingkungan, khususnya pertemanan sangat berpengaruh pada pembentukan
pribadi seseorang. Kesalahan dalam pemilihan bisa berakibat fatal.
Lihatlah,
berapa banyak hancur hidupnya lantaran teman sahabatnya. Orang mungkin awalnya
berakhlak baik, tetapi karena keseringan berteman dengan perokok hingga tergoda
juga. Awalnya mungkin cuma –coba-coba saja, ditawari. Dengan alasan solidaritas
ia-pun terikut arus.
Begitu besarnya
pengaruh teman, “Perteman yang baik ibarat berteman dengan penjual minyak
wangi, maka pasti akan kena percikan wanginya. Dan pertemanan yang buruk,
ibarat berteman dengan pandai besi. Pasti akan terkena percikan api besinya”.
Kenapa bisa terkena percikan minyak wanginya? Entah ketika shalat berjama’ah
ditawari minyak parfum. Atau ia sendiri yang membelinya. Sudah rahasia umum,
kalau kita punya kebutuhan pastinya mencari penjual ke teman dekat dulu.
Begitulah,
pertemanan ibarat dua mata uang berbeda. Bisa saja membawa pada keburukan atau
justru pada kebaikan! Tak dipungkiri juga, betapa banyak manusia mendapat
hidayah lantaran keseringan berinteraksi dengan orang-orang shalih.
Kami menyaksikan
langsung, ditahun awal perkulihan biasa mampir membeli gorengan di pinggir
jalan ke kampus. Ada yang aneh dan berubah di dua tahun berikutnya. Kebetulan
penjualnya ibu-ibu. “Kayaknya ada yang lain-lain nih” gerutuku.
Bukan karena
harga gorengannya naik. Tetapi “penjualnya naik jual”! Kami tidak lagi
mendapati berpakaian press and body. Biasanya mengusik. Tetapi kini sudah “Terbungkus
rapi” sama rapinya bungkusan makliat-nya. Jilbab-nya tidak terlilin, bahkan sudah standar syar’i.
Setelah
kas-kus, ternyata ini gara-gara akhwat yang juga selalu beli gorengan disini.
Mungkin ia karena keseringan berinteraksi, sampai di panggil juga ikut
pengajian ibu-ibu. Tentu ia sulit menolak, soalnya ini pelanggan setia.
Di sepanjang
jalan juga terlihat, baru saya lihat ada penjua, pabrik kelapa yang pake jilbab
sampai dibawah dada. Meskipun masih warna warni, setidaknya mereka sudah sadar
behijab. Ini tidak lain pengaruh interaksi pertemanan!
Salah satu pendongkrak keimanan adalah berinteraksi
dengan orang-orang sholeh! Tidak ada kenikmatan, melebihi kebahagiaan bertemu
dengan saudara seiman se-akidah! Bayangkan kalau kita berada di suatu daerah
minoritas, tentu agak berbeda. Nikmat satu ini kadang kita luput mensyukurinya.
Sufyan
ats-Tsauri pernah mengatakan, “Persahabatanku dengan orang lain ibarat
seutas benang. Jika ia menariknya, akupun mengulurkannya. Jika ia mengulurkannya,
akupun menariknya kelak benang persahabatan itu tidak putus”. masyaAllah!
Betapa serusnya ia menjaga ukhuwah. Gesekan ukhuwah memang wajar, tetapi
setidaknya kita harus saling memahami. Terkadang harus ada yang mengalah, demi
menjaga keutuhan ukhuwah. Betapa indahnya ukhuwah itu!
Pertemanan Sejati!
Carilah
persahabatan, tidak hanya karena bisnis, keluarga, kelompok, atau urusan dunia. Semuanya akan punah.
Kecuali? Pertemanan, ukhuwah seiman. Bahkan ia lebih kuat dari segala
pertemanan. Kelak dihari kiamat akan datang segolongan manusia, “Saling cinta
mencintai karena Allah”.
Persahabatan
sejati tidak seumur dunia. Tetapi pershabatan yang dibingkai ukhuwah islamiyah.
Itulah yang kekal. Carilah persahabatan yang menembus waktu, tempat dan zaman.
Karena, “Seseorang akan bersama dengan yang dicintainya!”.
Carilah Sahabat
yang bisa berbagi kehidupan. Suka maupun duka. Yang tidak membenarkan segala
perkataan tindakanmu. Yang menghiburmu dikala sedih, menasehatimu ketika
terjatuh dalam kemaksiatan. Yang mengingatkan dikala keliru. Yang menudukung,
memotivasi berbuat baik. Mengingatkanmu akan surga dan neraka. Untuk selalu
berjalan diatas kebenaran. Itulah sahabat sejati!
Sahabat yang
tidak hanya menghiburmu dengan pujian. Tetapi juga meluruskanmu saat terjatuh
dalam kesalahan. Tidak sekedar selalu hadir dalam hidupmu. Tetapi yang selalu
menghadirkanmu dalam do’anya. Tidak hanya menginginkan kesuksesan dunia, tetapi
melihatmu bahagia dunia akhirat.
Meskipun engkau mengatakan, “Pergi, biarkan
aku sendiri !”. ia akan menjawab, “Saya tidak akan meninggalkanmu sampai kamu
sendiri memintaku pergi”. Sampai Allah sendiri memisahkan kita dengan maut.
“Akan ada dinaungi di hari kiamat, hanya tujuh golongan. Hari dimana tidak ada naungan kecuali naunganNya.
Salah satunya orang yang bertemu dan berpisah karena Allah”.
Sahabatku,
Aku tahu setiap
perjumpaan…
Akan ada pula perpisahan…
Itulah takdir,
Kita bertemu karenaNya
Juga berpisah sebabNya
Bolehkah aku bertanya,
Dan bermohon padaNya,
Agar kita tidak bertemu lagi?
Tetapi,
di surga firdaus-Nya
0 komentar:
Posting Komentar