Social Icons

Pages

Komunikasi itu Penting


            Penyebab utama kegagalan seseorang adalah karena gagal berkomunikasi

              Suatu petang sebelum ke mesjid, ada pemandangan yang begitu menarik menurut saya. Waktu ini juga adalah jeda belajar daripada murid-murid bimbel samping rumah. Mereka berhamburan “keluar makan”. Disana sudah menunggu barang jajanan. Tidak menarik yah?




            Yah menariknya, ada persaingan bisnis. Dua motor gerobak bakso saling memancing pembeli. Kalau tiga keatas itu sih nggak masalah. Persolaanya ini berduel. Anggaplah si A, dari tadi saya lihat kurang pembelinya, Cuma satu dua orang saja. Justru si B dikerumuni. Saya berfikir, “Pasti ada yang beda!”
            Ternyata benar, si A dari tadi tampak duduk menghayal diatas motornya tampan muka-muka cuek, entah karena merasa disaingi. Kalau si A? yah cukup aktif, disela-sela melayani, sempat-sempatnya ia bercanda, layaknya anak-anak bermain. Nah, saya kira ini resepnya. Si A itu Komunikatif!
            Terkadang saya dapati begitu akrabnya bebicara dengan tetangga. Dari anak-anak sampai orang tua. Pernah saya kaget, ada pria mau ambil air di rumah.
“Perasaan ini orang sering saya lihat, tapi dimana?” 

            Baru terjawab, seolah tidak percaya, kok tetangga sebelah teganya memberi mandat sama penjual bakso buat diambilkan air?
Saya kira ini prestasi besar buat si penjual bakso B tadi. Yakin dia pasti punya komunikasi yang efektif. Jarang kita dapatkan, “Masa penjual bakso disuruh angkatkan airnya?”
Pastinya ii mungkin lebih sibuk mengurusi “daging bundarnya”. Tetapi itulah manfaat komunikasi.
Seseorang bisa saja memberi  kepercayaan penuh lantaran besarnya pengetahuan mereka tentang kita. Darimana mereka mengetahui kepribadian kita? Tentu hasil dari interaksi komunikasi.
             Dan begitulah seharusnya seorang da’I, harus punya seni komunikasi. Otomatis ketika terjun ke masyarakat  , mereka harus berbicara aktik dengan mereka. Bagaimana masyarakat mau menerima dakwah, kalau menyapa, menyalami mereke saja tidak pernah.
“Ih itu Ustadz/zah kenapa ndak bisa senyum sama kita? Emangnya kita semua ini pagar tembok berdiri?!! ”
            Coba bayangkan! Kalau semisal ada teman anda mau ke rumah. Dia baru saja tiba dipangkalan ojek Tanya, “Maaf Pak, Dimana rumahnya Ustadz Fulan”. Sontak tukang ojek berebutan menjawab, “Oh iya, Ustadz yang ramah murah senyum itu ya ? rumah beliau di samping mesjid ini, sini saya saja yang antar”. Enak khan nggak usah cari rumah, meskipun itu tepatnya diujung sudut gang.




Tapi coba kalau begini, “Maaf Mas, dimana rumahnya Ustadz Fulan?”. Sambil cemberut tukang tukang ojek bilang, “Ustadz yang mana yah? Perasaan disini nggak ada nama kayak gitu, maaf kami nggak kenal”. Padahal anda sudah tinggal lima tahun, di depan pangkalan ojek lagi. Bikin malu-maluin keluarga saja. Seolah pangkalan ojek itu antara surga dan neraka!
]

 



Nah mugkin inilah diantara penyebabnya future-nya seseorang dalam dakwah, gagal berkomunikasi. Tentu ketika berdakwah bukan lagi buku yang kita hadapi. Kalau buku biar awal kali melihat tidak berbicara, itu tidak ada masalah. Tetapi menghadapi manusia? Tentu anda harus berbicara, komunikasi aktif!
Kalau masing-masing diam?  Bagaimana bisa terjadi interaksi.
Maka da’I yang komunikatif itu penting!!!


Tidak perlu repot-repot, cukup anda senyum, ucapkan salam lalu jabat tangan, kapan diamanpun itu. Usahakan setiap hari anda harus menemui minimal satu orang saja. Ambil no. hapenya, kirimi sms dakwah itu sudah cukup mengajak orang lain dalam kebaikan, sederhana bukan? Tetapi apakah anda mau melakukannya?
Msc_ 5-02-13




0 komentar:

Posting Komentar

 

Inspirasi

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam as-Syaafi'i dll memang telah tiada di dunia ini.

Namun, ketika manusia membaca buku, tulisan mereka ...

"Berkata, Imam Bukhari, Muslim as-Syaafi'i rahimahumullah ..."

Saat itu pula seolah mereka masih hidup di dunia...

Msc_