Penyebab utama kegagalan seseorang
adalah karena gagal berkomunikasi
Suatu petang sebelum ke mesjid, ada pemandangan yang begitu menarik
menurut saya. Waktu ini juga adalah jeda belajar daripada murid-murid bimbel
samping rumah. Mereka berhamburan “keluar makan”. Disana sudah menunggu barang
jajanan. Tidak menarik yah?
Yah menariknya, ada persaingan
bisnis. Dua motor gerobak bakso saling memancing pembeli. Kalau tiga keatas itu
sih nggak masalah. Persolaanya ini berduel. Anggaplah si A, dari tadi saya
lihat kurang pembelinya, Cuma satu dua orang saja. Justru si B dikerumuni. Saya
berfikir, “Pasti ada yang beda!”
Ternyata benar, si A dari tadi
tampak duduk menghayal diatas motornya tampan muka-muka cuek, entah karena merasa
disaingi. Kalau si A? yah cukup aktif, disela-sela melayani, sempat-sempatnya
ia bercanda, layaknya anak-anak bermain. Nah, saya kira ini resepnya. Si A itu
Komunikatif!
Terkadang saya dapati begitu
akrabnya bebicara dengan tetangga. Dari anak-anak sampai orang tua. Pernah saya
kaget, ada pria mau ambil air di rumah.
“Perasaan
ini orang sering saya lihat, tapi dimana?”
Baru terjawab, seolah tidak percaya,
kok tetangga sebelah teganya memberi mandat sama penjual bakso buat diambilkan
air?
Saya kira ini prestasi besar buat si penjual bakso B tadi.
Yakin dia pasti punya komunikasi yang efektif. Jarang kita dapatkan, “Masa
penjual bakso disuruh angkatkan airnya?”
Pastinya ii
mungkin lebih sibuk mengurusi “daging bundarnya”. Tetapi itulah manfaat
komunikasi.
Seseorang bisa saja memberi
kepercayaan penuh lantaran besarnya pengetahuan mereka tentang kita.
Darimana mereka mengetahui kepribadian kita? Tentu hasil dari interaksi
komunikasi.
Dan begitulah seharusnya seorang da’I, harus
punya seni komunikasi. Otomatis ketika terjun ke masyarakat , mereka harus berbicara aktik dengan mereka.
Bagaimana masyarakat mau menerima dakwah, kalau menyapa, menyalami mereke saja
tidak pernah.
“Ih itu
Ustadz/zah kenapa ndak bisa senyum sama kita? Emangnya kita semua ini pagar tembok
berdiri?!! ”
Coba
bayangkan! Kalau semisal ada teman anda mau ke rumah. Dia baru saja tiba
dipangkalan ojek Tanya, “Maaf Pak, Dimana rumahnya Ustadz Fulan”. Sontak tukang
ojek berebutan menjawab, “Oh iya, Ustadz yang ramah murah senyum itu ya ? rumah
beliau di samping mesjid ini, sini saya saja yang antar”. Enak khan nggak usah
cari rumah, meskipun itu tepatnya diujung sudut gang.
Tapi coba kalau begini, “Maaf Mas, dimana rumahnya Ustadz
Fulan?”. Sambil cemberut tukang tukang ojek bilang, “Ustadz yang mana yah?
Perasaan disini nggak ada nama kayak gitu, maaf kami nggak kenal”. Padahal anda
sudah tinggal lima tahun, di depan pangkalan ojek lagi. Bikin malu-maluin
keluarga saja. Seolah pangkalan ojek itu antara surga dan neraka!
]
Nah mugkin inilah diantara penyebabnya future-nya seseorang
dalam dakwah, gagal berkomunikasi. Tentu ketika berdakwah bukan lagi buku yang
kita hadapi. Kalau buku biar awal kali melihat tidak berbicara, itu tidak ada
masalah. Tetapi menghadapi manusia? Tentu anda harus berbicara, komunikasi
aktif!
Kalau
masing-masing diam? Bagaimana bisa
terjadi interaksi.
Maka da’I
yang komunikatif itu penting!!!
Tidak perlu repot-repot, cukup anda senyum, ucapkan salam
lalu jabat tangan, kapan diamanpun itu. Usahakan setiap hari anda harus menemui
minimal satu orang saja. Ambil no. hapenya, kirimi sms dakwah itu sudah cukup
mengajak orang lain dalam kebaikan, sederhana bukan? Tetapi apakah anda mau
melakukannya?
Msc_ 5-02-13
0 komentar:
Posting Komentar