Social Icons

Pages

Kuliah??? Bodoh Kamu!!!


“Behentilah menuntut ilmu!!!”
“Ukhti fillah, hidup itu ibarat perjalanan, dan setiap perjalanan butuh bekal. Tidakkah engkau melihat dunia ini bak jalan gelap butuh pelita???”
Plus minus itulah kata-kata terakhir dari murabbiyahku sedari menutup majelis pekanan ini.
Aku bingung, “jadi kita kiat harus berilmu ummu???”
“Betul sekali ukhti, ilmu itu cahaya” tambahnya
“But, aku mash bingung ??” selaku membuka diskusi
“Lho kenapa ukh??”

“Jadi alim ulama itu susah, kita harus fokus, konsentrasi, zuhudlah terhadap dunia!!!” jelasku
“Iya, begitulah jalannya jadi ulama, butuh proses yang panjang, sampai ada ulama 18 tahun duduk di majlis gurunya tanpa keluar kemana-mana bahkan ada yang nggak sempat nikah!!!”
“Bagaimana dengan ilmu dunia, dia khan penting juga??” tanyaku
“ Kita harus lebih mendahulukan ilmu agama dien ini dan tak menafikan ilmu dunia itu juga “very important for our life”       
“So gimana kalo saya menuntu ilmu dunia saja sambil belajar agama kayak gini??” usulku
“Uhty, menuntut dunia- akhirat itu ibarat mnanam padi dan rumput. Kalau kamu menanam padi menuntut ilmu agama islam ini. insyaAllah rumputnya juga akan ikut tumbuh. Tapi kalo kamau cuman menanam rumput, tumbuh nggak padinya???” cetus ustadzahku dibabak terakhir diskusinya.
“Iy.. iya syukran ummu atas nasehatnya.”
“oh iya pekan depan ajak juga temanmu yang lain, agar hidayah ini tak sekadar konsumsi pribadi.”

Hmm... hari in terasa lega sudah penat hiruk liku penasaranku. Bak baru saja berbuka puasa. Memang manisnya iman baru terasa ketika berkumpul dengan saudara seiman. Apalagi jika sudah do’a “kafaratul majlis”, murabbiyah sambil menjabat tangan kami. Seolah kami tidak rela berpisah dengannya, dengan teman liqo’ lainnya. Lebih seru lagi setelah materi, kami bercanda ringan diskusi satu sama lain. Menanyakan kabar perkembangan dakwah di kampus ditemani “hajatan” kue, gorengan air putih. Sempurna sudah nikmatnya.
Saat-saat berhenti sejenak setiap pekannya berkumpul bersama, mempelajari ilmu dien yang luas ini. Mencurahkansegala gundah pikuk usilan dunia ini.
Segera ku-ayunkan kaki membaik arah dari majlis tadi menuju jalan raya. Resah juga berjalan kaki menyelip lorong dibawah senyum matahari siang. Hanya dua vocabullary yang berselisih dalam ranahku, panas dan sabar. Mufradat panas itu pastilah wajar apalagi jasadku berjubel kerudung “jilbab besar” bercat hitam. Warna kehitaman itu khan menyerap cahaya panas. Bukannya putih memantulkan cahaya panas. Tapi itulah syariat, way of life itu nggak boleh dibantah apalagi perintah. Mendahulukan wahyu dari pada akal. Kita hanya bisa taat, berhijab sesuai anjuran Nabi. Pencipta kahn lebih tau akan ciptaaNya. Meskipun penampilan malah dianggap asing.
Seseorang muslimah menutup seluruh auratnya bertitle akhwat. Harus jadi mahkluk aneh di tengah masyarakat sendiri. Panas!!! Ya emang nggak ada yang suka jalan kaki jam 2 siang bolong gini. Sabar !!!! mungkin itulah mukjizat Tuhan agar setiap kata masih bertahan setiap nafas terakhir. Gue cuman ingat ”berdiri satu jengkal di bawah matahari di padang mahsyar itu kayak gimna panasnya ya??? Dibanding 150 juta kilometer, panasnya udah minta ampun. Jadi manusia jangan cengeng!!!”
Tak teras lamunanku dihentikan mabil angkot, mungkin disini  lebih gawat lagi. Ikhtilat campur baur Laki-wanita. Tapi ini darurat lho, mudah murah dan praktis. Ada ojek namun langka yang perempuan. Memang akhwat tanpa mahram agak susah pergi-perginya. Di mobil beratnya kalo banyak  banyak laki-laki. Kita khan naik duluan nggak mungkinlah ngelarang bang sopir ambil penumpang pria. Ya serba terdesaklah. Belum lagi kalo dia tiba-tiba putar musik besar-besar, gawat nih “boleh nggak pak dikecilkan dikit musiknya” cerutuku. Padahal bahasa kasarnya bunuh saja Mp3 –nya.Tapi alhamdulillah supirnya tersinggun juga kalo disuruh matiin aja. Orang awwam sebenarnya udah tau tinggal kita bersika tegas.
“Assalamualaikum” lirihku memasuki bibir pintu rumah.
“Wa’alaikum salam warahmatullah” jawab seorang wanita yang sudah 19 tahun mengasuh-mengasihiku.
“Cha, lho kok baru pulang, dari mana???” penasarannya
“Iya. Bu.... lisah dari kampus singgah tarbiyah” jelasku
Hmm memang kalo udah telat pulang pasti dicariin sana sini. Maklum ibu punya 3 anak enggak ada laki-laki. Makanya ia paling khawatir kalo ada yang telat pulang. Meskipun itu anak nomor 2. Adikku yang masih hijau baru kelas 3 SMA. Yang sulung udah semester 6 jurusan psikolog. Tinggal saya yang setengah matang boleh dikata sedikit ekstrim. Semenjak kelas 2 SMA udah kenal tarbiyah. Makanya keputusanku bukannya kuliah di Universitas Negri Umum sempat membuat parents-ku kaget. Justru masuk Seolah Tinggi Luar Negri jurusan Bahasa Arab. Swasta maksud gue.. Memang saya bisa juara lomba pidato debatlah bahasa Inggris. Tapi pikirku untuk memahami AlQur’an itu harusnya mau nggak mau musti pake bahasa Arab dulu. Impianku antaralain kepingin mnguasai dua bahasa internasionla itu. Ada sejuta keinginan mendakwahi keluarga-keluargaku yang dibilang masih nggak paham dengan agama ini. Memahami agama biasa-biasa saja. Tapi berkat alasanku meyakinkan mereka alhamdulillah diizinkan juga kuliah disini. Sungguhpun bapak seorang dozen di PTN, mungkin masuknyabisa lebih mudah tapi tetep aja pilihanku disini.
Berbeda kakakku, dia dapat hidayah pas semester empat. Tapi syukurlah dia juga bisa mendukungku. Ia nggak mungkinlah banting setir lagi kuliah agama. Makanya dia tinggal menjalani psikologinya. Sempat gue bercanda ama dia, gimana kalo kita tukaran kuliah aja. Hee. Karena justru banyak tau  about psiko gitu. Maklum gue juga kepingin jadi psikolog. Tapi pikirku jadi psikkolog itu nggak musti kuliah jurusan psiko. Saya yakin banget Rasulullah sang teladan banyak mengajarkan psikolog. Ilmu kejiwaaan itu buatku adalah sebuah insting naluri pribadi. Ada orang bisa membaca karakter pribadi orang lain padahal bukan S.Psi . kayak tuh tukang ramal. Heee. Tapi jadi masalah adikku nanti dia mau kuliah diman . gue sarankan aja ambil kedok. Biar trio bersaudara jadi beda-beda.
“Bapakmu tadi mau ajak kamu ke rektorat kampusnya” jelas ibuku
“Hahh. Rektorat!!! buat apa?”” aku mulai nggak enak
“Dia mau daftar kamu, katanya sejkarang udah mulai pendaftaran SMPTN” imbuhnya
“”Ohhh tidaaak!!!” gejolak hatiku memang sudah kuduga saya cuman diizunkan kuliah bahasa arab sampai selesai persiapan bahasa dua tahun. Abis  itu harus pindah kuliah atau transfer nilai. Jadi cuman numpang doang. Maklum kampusku sekarang belum terakreditasi. Meskipun sudah diakui lulusan-lulusannya sudah tidak dipertanyakan lagi. Mungkin kalo ditaksir lulusannya setara Master. Bagaimana tidak dozen-dozennya jebolan Universitas terkemuka di Timur Tengah. Ilmunya bener-bener langsung dari sumbernya. Berbeda orang sekarng yang hanay menjual gelar saja.
“Pentingkah gelar itu dari sekedar menunutu ilmu???”  pikirku. Ya setiap orang tua menginginkan anaknya suksesberhasil dan tolok ukurnya ketika jadi sarjana. Ya jaman sekarang menuntu seseorang itu bertitle, punya kedudukan pangkat jabatan. Apalagi dalam berdakwah. Orang awam lebih percaya kalo ustadz yang ceramah itu sarjana lulusan Perguruan Tinggi Islam, gelar bisa jadi wasilah dakwah.
“Tapi bu, isah nggak mau kuliah diluar, pergaulannya serem, bisa-bisa jadi futur”. Yakinku
“Aduh lish, ibu khan udah bilang. Nggak apa-apa belajar agama, tapi khan harus juga memikirkan masa depanmu!!!”tegasnya.
“Bu??? Nggak ada pilihan lain???”rayuku
“Atau kamu berhenti aja kuliah, langsung nikah, itu jalan amannya, gimana???”
“Ahhh .. nggak  mau ,,, lisah belum siap !!! saya mau kuliah dulu!!!”
“Ya udah besok ibu tunggu keputusanmu!!!” wasiatnya
Sejurus aku masuk kamar. Bak telur di tanduk menara . ku rebahkan diriku di atas kasur sambil menatap langit-langit kamarku diderai air mata. “ya Allah aku tidak ingin menjadi durhaka pada orang tuaku”
Sedih risih kecewa jika harus pindah kuliah hanya Karena segumpal title. Sudah kutemukan duniaku disini. Sia-sialah perjuanganku menuntut ilmu jika hanya mencari dunia. Mudah-mudahan Ya Rabb aku bisa istiqomah.
“Kak!!” suara yang kukenal dari sampingku memecah keheningan. Aku baru tau Annisa adikku dari tadi duduk di depan meja belajarnya.
“hahh!!! Ternyata kamu ada disini yaa???” Rayuku untuk menutupi sedikit air mataku sambil bangkit lagi. Tapi bagaimanapun tak bias ku sembunyikan kesedihanku ini.
“Kakak  sedih yaaa??” prihatinnya
“Nggak …. Cuman… pusing.. “ jelasku
“Sudahlah kak, ikuti aja sarannya ibu” yakinnya
“Tapi khan Nis… “ ku mencoba menarik nafas panjang.. hufttt
“Selam itu bukan untuk kemaksiatan” tambahnya lagi
“Menuntut ilmu agama itu harus nomer satu dek!!!”
“Di kampus Bapak khan juga ada jurusan Sastra Arab. Kakak bisa daftar tahun ini!!!, apalagi kak banyak beasiswa mahasiswa berprestasi, bisa ke luar negri juga lho”
“”Iya tapi banyak juga aliran sesatnya, pokoknya fitnahnya juga besar . kaka nggak mau!!!!” putusku
“Ya mau gimana lagi!!!”
“Nggak bisa dek, berarti kaka harus ngulang lagi dari semester satu padahal udah dua tahun kuliah”
“Kalo begitu k’Lish ke Jakarta aja . disana ada Universitas kayak kampus kakak yang terakreditasi”
“  hmmm mendingan sekalian ke UI. Kakak nggak mau, disana kuliahnya kelamaan”
“Yeah kakak, kalo begitu ke Madinah aja ato minimal ke Timur Tengah, gimana beres khan??”
Susah dek, apalagi harus punya mahram, gue paling nggak mau kalo persyaratannya nikah dulu nggak mau. Siapa yang mau handle amanah dakwahku”.
‘Yah kakak emangnya disini Cuma sendiri. Lagian bagus lagi kalo kakak ke luar kota. Itu artinya jangkauan dakwahnya udah luas. Gimana kalo ke UGM aja buat Lembaga Dakwah Kampus khusus akhwat disana”.
“Hmmm disini sih banyak orang, tapi hanya sedikit yang mau terjun langsungdi dunia dakwah. Aduh gimana nih gue tambah pusing”.
“Ato giamana kakak kuliah dua kampus. Jadi khan bisa jalan dua-duanya”.
“Yeach. Itu bikin ribet lagi. Satu kuliah aja udah sibuk dakwah”
“Ya keputusan ada ditangan kakak… pisss!!”
“Ya udah deh, gue mau cepat-cepat tidur biar bangun shalat malam!!!”seruku

“Ya.. Rabb ..ku terbangun dipertigaan malamMu. Tunjukilah hambaMu ke jalan yang engkau ridhoi. Jika pindah kuliah adalah yang terbaik buatku. Maka mudahkanlah. Berikanlah keistiqomahan pada kami. Amiiin…”.

“Apa yang Allah pilihkan buatmu, itulah yang terbaik!!!” 
be continued,,,,

Muhammad Scilta Riska, Msc_am ahmad miqdad satu April 2011 05.35 pm
The second short story.



     

0 komentar:

Posting Komentar

 

Inspirasi

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam as-Syaafi'i dll memang telah tiada di dunia ini.

Namun, ketika manusia membaca buku, tulisan mereka ...

"Berkata, Imam Bukhari, Muslim as-Syaafi'i rahimahumullah ..."

Saat itu pula seolah mereka masih hidup di dunia...

Msc_