Pada hakekatnya, jika ujian
tidak membuat kita tajam, membuat kita peka dan lebih bermakna, berarti ada
yang sia-sia. ‘Kelelahan’ yang tidak pernah berhenti tidak bermaksud membuat
kita tumpul. Agar kita berubah, berubah lebih baik. Agar kita bersabar lebih
banyak, tegar dan menjadi lebih maju.
Kita akan jatuh berkali-kali. Dan tidak satupun yang
mengulurkan tangan untuk bangkit. Tidak hanya itu, air mata juga akan jatuh
berkali-kali. Dan tidak satupun yang sudi membasuh luka apalagi berbagi cerita.
Kita akan gagal berkali-kali. Wibawa yang runtuh, menanggung rugi, sehingga tak
satupun yang mau melihat atau sekedar prihatin terhadap kita. Kita mungkin akan
berjalan sendirian, sebab tidak satupun yang sejalan dengan tujuan kita
sebenarnya. Sekalipun itu orang yang paling dekat.
Segala kemungkinan dalam hidup ini bisa saja terjadi.
Bergantian, berulang kali. Namun tidak ada yang bisa meringankan segala beban
kesedihan. Tidak ada yang dapat menghilangkan segala ketakutan juga
kekhawatiran. Selain kita berpegang teguh kepada Allah dan kitab-Nya. Bahwa
Allah akan menolong hambanya. “Maka
barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas
mereka, dan tidak mereka bersedih hati”.
Kamu bisa mencari tempat perlindungan dimana saja. Tetapi
tidak ada tempat yang paling aman bersandar selain kepada Allah. Kamu boleh
membaca tulisan apapun itu yang kamu suka. Tetapi tidak ada sebaik-baik
perkataan yang bisa melapangkan hatimu, menerangi ruh jiwamu kecuali
firman-Nya.
“Allah
telah menurunkan perkataan yang paling baik Al-Qur'an yang serupa lagi
berulang-ulang , gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat
Allah” (TQS. Az-Zumar: 23).
Sebab tidak satupun yang bisa menolongmu, menghiburmu,
dan mengetahui segala hal dalam dirimu sebagaimana Allah Azza wa Jalla. Allah
menurunkan kalam-Nya sebagai petunjuk jalan agar kamu dekat dengan-Nya.
Bagaimanapun kamu jatuh, menangis, gagal, tidak ada yang bisa memperbaiki
semuanya kecuali mendekatkan diri kepada-Nya, bertawakkal, bergantung hanya
kepadaNya.
Bukan
tawakkal namanya, keluar rumah tanpa mengunci pintu. Memarkir kendaraan tanpa
pengaman. Tidak ada jaminan pada pintu yang dikunci. Semua Kuasa Allah.
Ketika
Maryam mengandung sembilan bulan, diperintahkan untuk goyangkan pohon kurma.
Lelaki biasa saja mungkin tidak bisa, nah ini lagi hamil. Allah ingin melihat usahanya,
ikhtiarnya, dan kesungguhan niatnya.
Allah
memerintahkan Nabi Musa menghentakkan tongkatnya. Padahal antara tongkat tidak ada
hubungannya dengan air laut. Dari hentakan itulah makna ikhtiar. Tawakkal
selepas ikhtiar. “Ikat dulu untamu baru bertawakkal” kata Rasulullah.
Di tengah
kejaran orang musyrik Quraisy. Sampailah Rasulullah sebuah gua di Jabal Tsur. Setelah
masuk bersembunyi dan memastikan tidak terlihat dari kejaran musuh barulah beliau
berkata pada Abu Bakar, “Jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.”
“Dan Dia
bersama kamu dimana saja kamu berada“ (TQS. Al-Hadid: 4).
Ketika Allah bersama kita, kita telah dicukupkan dari meminta kepada selainNya.
Menjagamu dari segala marabahaya.
Disaat Allah bersama kita, DIA yang akan menjagamu.
Menolongmu dari kezaliman. Keyakinan kita padaNya lebih kuat dari
meminta kepada manusia. Pintu-Nya selalu terbuka bagi orang-orang yang hanya
butuh kepadaNya. Orang yang faqir ilallah adalah hakekat kekayaan. Sebab
kemuliaan. Lemahmu dihadapan-Nya adalah kekuatan. Dan ketika Allah bersamamu
adalah segala kemudahan dan kemenangan.
Mereka
(saudaranya) ingin membunuh Nabi Yusuf. Nabi Yusuf justru diangkat menjadi mulia. Kemudian
orang yang menemukannya menjualnya buat jadi budak. Nabi Yusuf malah jadi
Raja. Bagaimanapun manusia membuat makar, merencanakan sesuatu, jangan
bersedih! Sebab kehendak Allah diatas segala rencana manusia.
Siapa yang
berprasangka baik kepada Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan prasangkanya.
Siapa yang bersyukur atas segala nikmatNya, Allah akan menambahkan
keutamaannya. Siapa yang bertawakkal kepadaNya, Allah akan menjadi penjaminnya
dan mencukupkannya.
Kita akan
menemukan banyak sinonim fastajabnaa dalam al-Qur’an. Zakaria meminta
keturunan. Yunus ditelan ikan meminta jalan keluar. Sulaiman meminta kerajaan
yang tidak tertandingi setelahnya. Ibrahim meminta peradaban di tanah yang
tidak ada tumbuh-tumbuhan. Kita punya hajat dan Allah Maha Menjawab dari segala
do’a.
0 komentar:
Posting Komentar