Imām Abū Ḥanīfah lahir tahun 80 Hijriyah, ada juga
yang menyebut 61 Hijriyah seperti dikatakan Muzahim bin Dāwūd bin ‘Uliyah,
tetapi yang Ṣaḥīḥ dan masyhur adalah 80 Hijriyah. Telah dikatakan oleh anaknya
sendiri yakni Ḥammād, lalu Abu Nu’aim, bahwa Beliau dilahirkan tahun 80 Hijriyah[1] di zaman
Khalīfah Abdul Mālik Marwan.[2]
Imām Al-Żahabī mengatakan,
“Abū Ḥanīfah lahir tahun 80 hijriyah, pada masa ṣigaru al-ṣaḥābah (sahabat nabi yang junior), dan sempat melihat Anas bin Mālik
ketika datang ke kota Kūfah.”[3] Abū Ḥanīfah juga dikategorikan sebagai ṣigoru al-tābi’īn
di tingkatan al-‘Amasy. Oleh karenanya Abū Ḥanīfah mengatakan, “Jika datang ḥadīs dari Rasulullah maka bagiku mata dan kepala.
Jika datang dari sahabat maka bagiku mata dan kepala. Namun jika datang dari pada tābi’īn, maka kami rijāl dan mereka
pun juga rijāl.”[4]
Imām Abū Ḥanīfah sempat berjumpa dengan beberapa
sahabat Nabi, diantaranya Abdullāh bin Al-Hāriṡ dan Beliau mengambil ḥadīs
darinya, Abdullāh bin Abi ‘Aufa, dan Abu Thufail ‘Amir bin Waṡilah. Beliau
berjumpa dengan Anas bin Mālik tahun 95 Hijriyah, dan meriwayatkan ḥadīs
darinya, serta bertanya kepadanya tentang sujud sahwi.[5]
Ismāil, cucu dari Imām Abū
Ḥanīfah menceritakan: “Kakekku dilahirkan tahun 80 Hijriyah, dan Ṡabit (ayah Abū
Ḥanīfah) pergi mendatangi Ali bin Abi Thalib, saat itu dia masih kecil, lalu
Ali mendoakannya dengan keberkahan untuknya dan keturunannya, dan kami
mengharapkan kepada Allah agar mengabulkan hal itu, karena do’a Ali raḍiallāhu ‘anhu pada kami.”[6]
Menurut kebanyakan ahli sejarah,
bahwa beliau berumur 70 tahun, dimana 52 tahun hidup pada masa Bani Umayyah dan
18 tahun pada masa Bani Abbasiyah. Ketika Abdul Mālik ibn Marwān meninggal, umur beliau masih 16 tahun, kemudian tumbuh dan
berkembang pada masa pemerintahan al-Hajjāj pada umur 15 tahun.
0 komentar:
Posting Komentar