Yang mahal
itu bukan harga. Tetapi keyakinan kita kepada Allah, tidak bisa dibeli dengan
apapun. Perempuan yang mengatakan, “Apakah
Allah yang memerintahkanmu demikian?”
“Jika
demikian, maka pergilah, sesungguhnya Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan
kita!”
Dia pulalah
yang melahirkan anak yang mengatakan, “Wahai Bapakku, lakukanlah sebagaimana
yang diperintahkan”
Lihatlah
bagaimana pewarisan keyakinan kepada Allah. Prasangka baik kepada Allah.
Warisan yang paling berharga dari orang tua yang shalih adalah keshalihan itu
sendiri.
Kenapa maryam
tidak takut menemui manusia dan ia bersama bayinya. Nabi Yunus yang sudah
ditelan ikan dan ia masih punya harapan. Nabi Ibrahim yang dilempar ke kobaran
api, tetapi tidak merasakan panas.
Sebab keyakinan
mereka kepada Allah.
Satu kalimat yang menjelaskan seluruh pembelajaran tentang prasangka baik kepada
Allah. Jangan mencari nilai dari dirimu pada orang lain. Tetapi tanamlah pada
hati paling dalam. Sebab semakin kamu menemukan dalam hatimu, dari keyakinan
kepada Allah. Kamu tidak akan rapuh dengan segala yang dikatakan manusia.
Nabi Musa
tidak tenggelam di laut, padahal dia dalam posisi paling lemah. Sementara air
laut menenggelamkan Fir'aun padahal dia pada puncak kekuasaannya. Selama kita yakin
dan percaya kepada Allah, berpegang teguh pada agamaNya, berprasangka baik, Allah
bersama kita.
Jangan
membunuh hari-hari kita hanya karena pikiran dan prasangkaan hari kemarin.
Percayalah bahwa setiap hari akan senantiasa datang segala hal yang tidak pernah
bisa kita terka. Sekalipun tidak terjadi apa-apa. Cukuplah kita tahu, bahwa
kita telah yakin dan berprasangka baik kepada Allah.
Orang-orang
yang selalu berusaha memperbaiki niatnya, disaat yang sama Allah juga akan memperbaiki keadaannya. Ketika kita
menginginkan kebaikan untuk orang lain, sesungguhnya kebaikan itu akan kembali
pada diri kita dari arah yang tidak pernah kita sangka. Ketika hidup adalah
berbagi kebahagiaan pada orang lain, Allah juga akan membahagiakan kita akan
hadirnya orang-orang baik dalam hidup kita.
Tidak ada yang
membuat gembok tanpa kunci. Setiap masalah diciptakan beserta solusinya. Allah
menciptakan kita bersama dengan 'kunci-kunci' nya. Tidak
perlu melihat ke kanan atau ke kiri untuk mencari sesuatu yang menjadi tempat sandaran.
Namun lihatlah ke atas dari Maha Tinggi. Satu-satunya tempat berlindung,
meminta petunjuk, menengadah segala hajat, Rabb alam semesta.
Kadangkala
untuk memulai sesuatu cukup jauh, menjalaninya terlihat sulit, dan untuk
menggapainya adalah kemustahilan. Segala keadaan bisa saja berubah. Keyakinan
dan prasangka baik kita kepada Allah tidak boleh goyah.
“Manusia
mengklaim dirinya telah berprasangka baik padahal itu dusta. Sekiranya manusia
berprasangka baik tentu mereka juga akan memperbaiki amalnya” kata Hasan
al-Bashri.
Tentang
ayat, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan
hati yang takut,” (TQS. Al-Mu’minun: 60). ‘Asiyah radiallhu anha
pernah bertanya, “Apakah mereka yang minum khamr? Atau mereka yang mencuri?”
“Bukan”
kata Nabi.
“Tetapi
mereka yang berpuasa, menegakkan shalat, bersedekah dan mereka takut amalan
mereka tidak diterima. Mereka itulah bersegera melakukan kebaikan-kebaikan.”
Sama halnya
ketika kita berprasangka baik kepada seseorang tentu kita juga akan memperbaiki
perbuatan kita padanya. Apakah pantas orang yang melanggar aturanNya,
meninggalkan perintahNya patut disematkan bahwa dia sedang berprasangka baik
pada Rabbnya.
“Sebab iman
itu bukan angan-angan belaka, tetapi apa yang tertancap dalam hati (dan
dibenarkan dalam ucapan perbuatan). Seorang mukmin yang berbaik sangka pada
Rabbnya akan senantiasa memperbaiki amalnya. Sedangkan orang fajir berburuk
sangka pada Rabbnya, mereka-pun merusak amalannya” sebut Hasan al-Bashri.
Ada ahli
hikmah mengatakan, “Ketika kita meminta kepada Allah. Jika kita diberi, kita
menjadi senang. Dan jika kita tidak diberi kita akan sepuluh kali lebih senang.
Sebab jawaban dari permintaan adalah pilihan kita. Adapun jika tidak jadi
diberi maka itu adalah pilihan Allah. Pilihan, ketetapan Allah selalu lebih
baik dari pilihan kita”.
Sekiranya
kita berprasangka baik, tentu segala hal yang terjadi dalam perjalanan hidup
kita adalah juga ‘yang terbaik’. Hanya saja kita kadang salah memahami maksud
kata cintaNya.
"Wahai
api menjadi dinginlah". Tidak dijadikan api menjadi padam. Hidup
tanpa rintangan, tanpa masalah adalah nonsense. Tidak mungkin kita bisa
menghilangkannya sama sekali. Sebab kesulitan dan rintangan pada dasarnya bukan
menguji seberapa kuat kita menghadapinya. Namun menguji seberapa kuat keyakinan
kita kepada Allah. Sehingga kita berprasangka baik kepada Allah dan tidak
meminta selainNya.
Sebagian
orang menangis bukan pertanda lemah. Sebab ia butuh jeda untuk cukup kuat pada
waktu yang lama. Sekiranya hidup dan perjuangan semudah yang kita perhitungkan.
Tidak akan dijadikan 'sabar' salah satu pintu surga.
Bisa jadi impianmu jadi terlambat. Keinginanmu tertahan. Dan
yang seharusnya kamu nanti tak kunjung datang. Namun 'balasan' dari kesungguhanmu tidak akan pernah
terlambat. Seberapa kuat sabarmu, sebesar
itu pula datang kebahagiaanmu.Jika kita percaya bahwa setelah kesulitan ada kemudahan, setelah air mata ada senyuman, itulah prasangka baik.
0 komentar:
Posting Komentar