Asad bin Amru berkata: “Bahwa Abū Ḥanīfah rahimahullah melakukan
shalat isya dan subuh dengan sekali wudhu selama 40 tahun.”[1] Al-Qāḍi
Abu Yusuf menceritakan: “Ketika saya sedang berjalan bersama Abū Ḥanīfah, saya
mendengar seseorang berkata kepada yang lain, “Inilah Abū Ḥanīfah, dia tidak
pernah tidur malam.” Lalu Abū Ḥanīfah berkata, “Demi Allah, Dia tidak
membicarakan tentang aku dengan apa-apa yang aku tidak pernah lakukan.” Maka
Beliau senantiasa menghidupkan malam dengan penuh kerendahan dan banyak
berdoa.”
Imām Abdullāh bin Al-Mubārak berkata: “Saya belum
pernah melihat seorang laki-laki yang lebih berwibawa di majelisnya, dan tidak
ada yang lebih bagus diam dan sabarnya dibanding Abū Ḥanīfah.”
Al-Muṡanna bin Raja’ berkata: “Abū Ḥanīfah telah
bersumpah kepada Allah dengan sebenar-benarnya bahwa dia akan bersedekah dengan
dinar, yaitu jika dia telah membelanjakan sejumlah uangnya untuk keluarganya,
maka dia akan menyedekahkan uang sebanyak itu pula.”[2]
Imām Al-Żahabī menyebutkan berbagai pujian ulama
tentang akhlaq dan ibadahnya Imām Abū Ḥanīfah:
Dari Syarik, dia berkata, “Imām Abū Ḥanīfah lama
diamnya dan banyak akalnya (cerdas).” Berkata Abu ‘Ashim Al-Nail, “Abū Ḥanīfah
juga dinamakan Al-Watīd karena banyak shalatnya.” Ibnu Ishaq
Al-Samarqandi meriwayatkan dari Al-Qāḍi Abu Yusuf, “Abū Ḥanīfah mengkhatamkan
Al-Quran setiap malam dalam satu rakaat.” Yahya bin Abdul Ḥamid Al-Himani, dari
ayahnya bahwa Dia menemani Abū Ḥanīfah selama enam bulan, dia berkata, “Aku
belum pernah melihatnya shalat subuh melainkan dengan wudhu shalat Isya, dan
dia senantiasa mengkhatamkan Al-Quran setiap malam pada waktu sahur. Diriwayatkan
bahwa Imām Abū Ḥanīfah telah mengkhatamkan Al-Quran 7000 kali.
Imām Al-Żahabī juga menceritakan:
عن القاسم بن معن، أن أبا حنيفة
قام ليلة يردد قوله تعالى: (بل الساعة موعدهم والساعة أدهى وأمر)
[ القمر: 46 ] ويبكي
ويتضرع إلى الفجر.
Dari Al-Qasim bin Mu’in, bahwa Imām Abū Ḥanīfah bangun untuk shalat malam
dan mengulang-ulang firman Allah Ta’ala, “Sebenarnya hari kiamat Itulah hari
yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit” (Al-Qamar:
46), lalu Beliau menangis dan tertunduk hingga fajar.
Yazid bin Hārun berkata: “Saya belum pernah melihat seorang pun yang lebih
penyabar dibanding Abū Ḥanīfah.”[3]
0 komentar:
Posting Komentar