“Persiapan adalah seperdua dari kesuksesan”
Unknown_
News: “Pemerintah akhirnya memutuskan UN tahun ini di batalkan, diduga kuat hal ini terjadi akibat persiapan tim penyelanggara dari departemen pendidikan nasional kurang maksimal, apalagi persiapan peserta ujian kali ini semakin menurun. Itu ditandai banyaknya dari pihak guru dan siswa merasa belum siap dan menganggap ujian nasional merugikan peserta didik”.
Opsssssss……..
Sekilas membaca wajah koran atau media tulisan seperti diatas membuat hati ini tidak setuju, kenapa begitu teganya pemerintah membatalkan ujian nasional, padahal jauh-jauh hari sudah penuh persiapan. But , itu opini sebagian orang , bagaimana dengan sebagian besarnya yang lain. Tentu “ kabar ini adalah berita yang “hangat” atau lebih halus “menggembirakan. Bagaimana tidak “perhelatan akbar” tradisi tiap tahun ini menjadi porsi tersendiri bagi sebagian orang. Mulai dari siswa, guru, orang tua sampai pemerintah menjadi terfokus pada permasalahan ini”.
Yups ternyata berita tadi masih ada sambungannya. Nih lanjutannya..
“di duga kuat alasan pemerintah membatalkan Ujian Nasional hanya karena permasalahan teknis saja. Jadi penanggulangan solusi permasalahannya akan lebih mudah diatasi. Hanya karena mesin pencetak dan pemeriksa soal tiba-tiba eror. Diduga ini akibat mesin ini setiap tahunnya telah “tidak meluluskan” siswa. Mungkin juga karena do’a setiap orang itu apalagi siswa tahun ini agar mesin pencetak dan pemeriksa jawaban eror”.
Sssst ……
Just intermezo…
… so dalam membaca itu memang juga ada seninya, jangan di baca sepotong-potong. Baru melihat judulnya, masuk mukaddimah habis itu ditinggalin apalagi bukunya terbal. Sama halnya menonton atau mengikuti acara, lebih bijak kita datang tepat waktu. Mulai dari awal sampai selesai acara. Jangan WITA ??? (Waktu Itu Terserah Anda) yah jam karet datangnya telat pulangnya cepat. Karena terkadang inti acara atau pembicaraan itu kita tak tahu dimana. Boleh jadi ada di awal ,diakhir atau ditengah. Dan kalau mengikuti sebagian saja bisa-bisa ada salah persepsi. Tidak seru kalau film itu tidak diikuti dari awal hingga akhir, anda tidak akan mengerti jalan ceritanya, toh apalagi dengan ilmu atau informasi nanti salah kaprah, betul apa benar???
“Orang pintar masih dikalah oleh orang cerdas.
Orang cerdas masih dikalah oleh orang jenius,
Orang jenius masih dikalah oleh orang beruntung”
Pepatah_
Mungkin lebih fresh kita menyimak sedikit cerita inspirasi ini…
Ceritanya begini, disebuah kerajaan jaman dahulu kala hiduplah seorang petani di pedalaman desa. Setiap harinya ia bekerja di sawah hampir seluruh hidupnya hanya dihabiskan untuk bertani saja. Tak diragukan lagi ia adalah petani yang sangat rajin, tekun, giat, energik dan ulet. Sehingga tak mengherankan jika hasil pertaniannya selalu berkualitas. Lebih banyak hasilnya dibanding yang diduga. Sementara itu, di tetangga sebelah juga adalah seorang petani. Tak jauh beda. Ia menggarap sawah yang sama. Lalu bedanya apa?? hanya pada hasil pertaniannya. Kenapa bisa. Petani yang satu ini selau terlambat dalam menggarap sawahnya. Ia hanya akan menggarap jika musim menanam tiba. Sehingga begitu sulit untuk sekedar membersihkan sawah dari rumput – rumput agar tanahnya menjadi subur lagi. Seolah waktu menyiapkan lahan itu hanya sehari saja sebelum menanm. Bedanya petani yang rajin jauh-jauh hari telah ia persiapkan semuanya.
One day the king of village mengadakan seyembara besar- besaran. Semua petani di desa ini diundang untuk hadir termasuk petani rajin dan kurang rajin ini. Acara ini tidak lain untuk menumbuhkan hasil pertanian negerinya. Sekaligus juga bentuk simpati raja kepada para petani. Bagaiman raja bisa menilai kinerja para rakyatnya. Penilaiannya adalah hasil pertanian musim terakhir tahun ini. Maka berlomba- lombalah para petani menanam padi yang terbaik hingga sebisa mungkin menjadi is the best. Mumtaz!! Segala persiapan jauh acara sudah dipersiapkan.dan tetap saja petani yang rajin selalu mempersiapkan segalanya. Berbeda petani yang kurang rajin itu, tidak terlalu pusing untuk hal itu. Ia hanya mempersiapkan sekedarnya saja. Bahkan sehari sebelum acara baru ia bekerja. Dan tibalah hari penentuan itu….
Hari itu semua petani berkumpul di depan istana. Satu persatu berdatangan membawa hasil pertaniannya. Karena belum sistem Online, petugas istana mengabsen satu-satu peserta seyembara. Agar lebih mudah dalam penilaiannya. Tapi betul, ada satu petani yang tidak hadir . dialah petani yang rajin itu entah karena ia ada halangan sehingga ia tak bisa ikut seyembara. Alhasil yang memenangkan seyembara adalah justru petani yang kurang rajin tadi. (Red:baca malas).
Nah setelah menyimak cerita tadi, bagaimana perasaan anda dengan endingnya. Apakah anda merasa prihatin kenapa justru petani yang rajin itu hanya karena tidak hadir menghalangi ia untuk menjadi yang terbaik. Justru yang tidak terlalu “begitu-begitu” menjadi terpilih. Tetapi kita juga tak memungkiri sebuah takdir, “Apa yang ALLAH pilihkan untukmu itulah yang terbaik”
“Carilah ilmu yang bisa engkau amalkan,
Bukan hanya sekedar bisa di omongkan”
Imam Sufyan Ats- Tsaury”.
Itulah Ujian Nasional setipa tahunnya. Terkadang yang tidak lulus itu adalah orang- orang golongan “putih”. Padahal ada diluaran sana lebih banyak yang “tidak layak” mendapat predikat “lulus” . adilkah Ujian Nasional itu?????
Apa memang disini berlaku “keberuntungan” lalu mengabaikan yang lebih berhak untuk “lulus”
Daripada pusing mengharap UN dibatalkan, mendingan kita bahas sedikit bagaimana agar tetap siap menghadapinya. Singkatnya apapun keputusan takdirnya jadi apa nggak kita tetap siap menghadapinya.
Flashback setahun lalu, ketika kami masih kelas 3. Dipagi yang fresh setelah bel masuk berbunyi, seolah semut berkerumunan ditengah lapangan, sesekali meliruk senyum matahari pagi yang mulai melongok, berdirilah sosok inspiratif, ya itulah salah satu guru olahraga kami sambil menenteng peliutnya. Seperti sediakala sebelum memulai “pemanasan” selalu saja ada yang ia bagikan. Setimba ilmu inspiratif, namun kali ini, serasa perjumpaan wasiat terakhirnya sebelum pertempuran “sengit itu”. Dan itulah hakekat sebuah ilmu, tidak hanya teory tapi juga butuh praktek. Sambil berdiri di depan siswa, ia lebih suka menjelaskan tausiahnya dengan istilah “filosofi belajar”. Tersentak kami takjub seolah ada dikuliah filsafat. “Filosofinya seperti begini,”jelasnya. “Anggaplah siswa yang menghadapi UN terbagi dua, ada yang tetap belajar dan tidak belajar. Ceritanya siswa biasanya baru mau belajar kalau ada ujian , bahkan SKS. Lebih parah lagi kalau baru belajar pas malam ujian, lebih gawat lagi kalau baru mau belajar hari ujian. Coba kalau setiap semester tidak ada ujiannya, dipastikan tidak ada yang belajar. Katanya buat apa belajar toh tidak dinilai juga. Apalagi kalau ujian nasional dibatalkan. Semua kelas tiga bakalan santai-santai saja”. Kurang lebih begitu bahasanya.
Lanjutnya, “golongan pertama tadi, sekiranya UN betul-betul diadakan maka mereka tidak akan menyesal karena belajar. malah bersyukur, “untung saya belajar, kalau tidak…” karena nantinya juga akan ada tes masuk SMA atau Perguruan tinggi. Lalu bagaimana dengan gol kedua yang tidak belajar. Sudah pasti ia akan menyesal karena tidak belajar”.tandasnya.
“Tapi apa yang terjadi jika sebaliknya, tiba-tiba UN betul-betul batal. Maka bagi yang tidak belajar merasa santai dan senang karena dia memang tidak belajar. Tetapi buat yang belajar. Ia tidak pernah menyesal karena belajar.justru ia mendapat nilai plus karena mendapat ilmu dari belajarnya. Toh ilmunya nantinya akan dipakai juga untuk Tes masuk perguruan tinggi”. Seperti itulah kata-kata nasehat terakhirnya untuk selalu belajar.
Intinya, yang tidak belajar, lalu lulus akan hanya mendapat selembar ijazah sekadarnya, tapi ilmu itu tidak ia dapatkan, terhimpit ketakutan untuk selalu menghindar dari kenyataan.(suatu kesempatan lain kita akan jelaskan bagaimana kesuksesan sesungguhnya, menuntut ilmu apa menuntut ijazah??? Bagaimana hasilnya jika sekedar sekolah tokh saja, paksaan orang tua). Jarang kita temui orang yang menyesal karena belajar, yang tradisi, menyesal karena tidak belajar. !!!
So tetaplah belajar. Diujikan atau tidak, batal jadinya, tetap belajar !!!! karena memang belajar itu tidak berhenti karena kaluarnya ijazah atau didapatnya gelar, but study is a long life…. Forever ,…….
Terkhusus Untuk para peserta Ujian Nasional
Dan bagi siapa saja yang ingin meresapi arti sebuah pendidikan..
Salam penuntut ilmu,
Belajar, belajar dan belajar
N jangan lupa…. berdo’a…
25 Feb 2011
Muhammad Scilta Riska.
Msc_am
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar