Social Icons

Pages

Cara Berfikir Orang Kritis

“Hidup adalah sebuah pilihan….
Jika anda tidak bisa memilih, maka anda sudah tidak ”layak“ lagi untuk hidup !!!!”

Plus minus seperti itu bahasa dari kumpulan opini ekstrim yang pernah terdengar, sedikit menggelitik, menyindir dan membuat telinga panas untuk segera memutuskan pilihan hidup. Mengawali tulisan ini, mencoba meramu dan mempertemukan “si kritis” dengan tulisan seorang sahabat dari sudut “jenius”. Tak menutup celah untuk berbagi dengan sahabat facebukiyah, meski dari jendela tak berkaca dengan terbatasnya ruang lingkup “pandangan”. Namun ketidaksempurnaan “bangunan” individu justru terisi dengan sharing. No body no perfect !!!

Lanjut, tak bermaksud menggurui anda, tapi bisa jadi bahan diskusi dalam beberapa tulisan nantinya. Kalo ada “cara berfikir orang jenius” akan ada juga cara berfikir orang kritis, cerdas, pintar bahkan orang beruntung de el el. Namun sharing kali ini bertumpu lebih pada orang kritis. Dan sudah tentu pendekatan yang dipakai juga berbeda.
Sebegitu kritisnya anda. Entah dengan berapa persentase yang anda kemukakan. Atau dengan besaran apa yang mungkin anda jabarkan, analisis Lab bagaimana anda simpulkan , neraca timbangan apa anda akan pakai, atau setidaknya ada rumus dasarnya, lalu grafik apa saja cocok untuk penggambaran gaya-nya. Kemudian latihan apa yang akan dipraktekkan, rancangan bagaimana yang sesuai, apakah menggunakan sampel-sampel tertentu untuk mengujinya dengan resep anda sendiri. Dan terpenting dengan dalil apa anda akan berijtihad.
“Satu kepala cerdas , lebih baik daripada sepuluh otot kuat”
Sekedar mukaddimah dari intermezo tadi, mencoba menstimulus ke-kritis-an anda. Kita refreshing sedikit ke pluto yang notabene keluar dari delapan planet, diduga ilmuan mengeluarkannya dari barisan sembilan karena ukurannya tidak lagi memenuhi standar sebuah planet. So gelar planetnya tak dipakai lagi. Suatu ketika saat anda bertamasya di luaran angkasa sana, tiba – tiba mahkluk aneh bertanya kepada anda, “Yang mana duluan lahir ????”
“Pengalaman atau Pengetahuan” ????? eitsss jangan dijawab dulu, soalnya anda begitu sulit untuk sekedar menulis saja, disini gaya gravitasinya tidak sama dengan di bumi. Mungkin tinta pulpen anda sulit untuk keluar. Dan lebih kritis lagi, anda sulit untuk sekedar buang air kecil. Kemungkinan besar justru airnya lari keatas.
Sebelum menjawab, ada baiknya kita menguliti bagaimana paradigma personal bisa menghasilkan persepsi yang berbeda. Pada dasarnya sebanding dengan paradigma akan buah pikir yang dihasilkan. Namun ada yang menarik jika masing- masing memiliki cara berfikir berbeda pada satu kesimpulan yang sama. Berfikir kritis membuat kita bisa menghasilkan berbagai kreativitas, kemungkinan yang tak terbatas, tidak hanya terpaut pada zona (materi) tertentu saja. Tetapi bagaimana menyatukan logika dengan fakta. Seperti kalanya seorang siswa, tak belajar trus melulu, cobalah sedikit berinteraksi dengan sosial, membaca kehidupan dan lebih penting memaknai hidup ini. Kenap kita musti dilahirkan di dunia ini. Atau dunia ini adalah sekedar tempat istirahat, bermain, belajar, makan, minum, tidur atau untuk kawin saja. Why??? Salah satu ciri pertanyaan pemikiran kritis. Tak sekedar begitu saja menerima menelan mentah- mentah. Tapi bagaimana menggunakan “otak kanan” mencari bagaiman bisa terjadi demikian .
Lebih mengena jika kita sebut langsung semisal, “yang mana lebih dulu lahir ??? ayam apa telor???” pemikiran kritis pragmatis mungkin mengatakan , telur tidak melihat ayam, apalagi diduga kuat telur tidak bisa membuat ayam tanpa bantuan ayam. Jadi ayam lebih dulu lahir daripada telur. Namun bagaimana ayam menghasilkan telur, tapi dari telur bisa melahirkan ayam. Apalagi slogan “telur ayam” benar asalnya, kata “telur” baru kata “ayam” jadi telur dulu baru ayam. Lain lagi ayam tidak mungkin langsung menghasilkan ayam, tentu jadi telur dulu. Tapi telur itu tidak bisa jadi anak ayam jika tak dierami induk ayam.
Tapi itu jika kita berbicara telur menelur, bagaimana jika ditanya tentang aurat atau istilah “you can see”kelihatannya sesuatu yang biasanya tertutup lalu tak ditutupi baru kita menganggapnya “seksi”. Coba ditanya orang-orang sekaliber kepala suku primitif di Papua. Tentu lain lagi jawaban mereka, aurat itu hanya berkisar di “daerah rawan” saja selebihnya oke saja. Lalu bagaimana definisi yang real itu. Setidaknya kita tak sekedar memakai akal saja. Tapi bagaimana “hati” juga berperan. Seperti halnya “cantik” itu definisinya bagaimana. Tentu kita tak sekedar berdasarkan hawa nafsu saja sesuai selera. Definisi cantik itu tidak hanya kita mengatakan harus yang putih, bagaiman dengan orang negro justru yang terhitam itulah yang tercantik, atau yang bulat, lonjong mirip bulan purnama atau yang selalu senyum saja. Lalu cantik itu definisinya sebenarnya apa? Menurut KBBI yang dikeluarkan depdiknas (2002) cantik diartikan sebagai indah, elok, rupawan, atau bentuk, rupa dan lainnya tampak serasi. Tidak dijelaskan secara rinci yang bagaimana serasi itu. Apakah hidung mancung dengan bibir tebal, atau hidung biasa denga bibir kecil? Dan sebagainya. Akhirnya yang dinamakan cantik itu relatif dan sifatnya subjektif. Buktinya pandangan orang tentang tentang perempuan cantik itu berubah –ubah setiap zaman.
Kesimpulannya,,,. Berfikir kritis tidak hanya menggunakan standar akal, perlu standar yang universal. Mengapa begitu banyak persepsi yang muncul tapi kadang tak bisa menarik benang merah ??. setiap orang punya pandangan sendiri dan mengatakan dirinya benar. seseorang itu benar karena dia membawa kebenaran. kita tak sekedar menggunakan standar akal bagaimana menyatukan logika dengan fakta, tetapi juga “wahyu” . bagaimanapun juga semua opini tak akan pernah sama jika tidak pada dalil yang sama. Ra’yu (akal) dan wahyu inilah yang menjadi pembanding titik temunya. So pastinya harus merujuk “Way of Life” itulah cara berfikir kritis…

Salam kritis,,
Muhammad Scilta Riska
57184
09 feb 2011
Msc_

0 komentar:

Posting Komentar

 

Inspirasi

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam as-Syaafi'i dll memang telah tiada di dunia ini.

Namun, ketika manusia membaca buku, tulisan mereka ...

"Berkata, Imam Bukhari, Muslim as-Syaafi'i rahimahumullah ..."

Saat itu pula seolah mereka masih hidup di dunia...

Msc_