Social Icons

Pages

Dengan Tulisan, Aku Membangun Perubahan (1)


Manusia adalah sosok yang dinamis dan pragamatis. Tetap atau akan terus berkembang. Dalam proses revolusi kehidupan, khususunya peradaban umat manusia selalu membutuhkan “icon” pembaharu. Sesuatu yang melatarbelakangi proses perubahan sedemikian itu. Perubahan itu harus. Kita tidak bisa memungkiri hidup yang stagnan, perlu ada inovasi dan kreatifitas baru. Tentunya tidak sekedar mengandalkan “way of life” saja, tetapi perlu ada upaya strategis yang mendukung proses tersebut. Tidak satupun diantara kita yang sempurna, karenanya harus selalu berusaha melakukan perubahan menuju kesempurnaan.


Sebuah ungkapan mengatakan, “Sesuatu yang tetap dan akan terus berubah adalah perubahan itu sendiri”. Kita tidak bisa membentengi arus perubahan yang terjadi secara global. Terlebih lagi perubahan yang kadang menuju “Jalur kiri”. Umat manusia khusunya bangsa dan negeri ini membutuhkan gebrakan revolusi akan kondisi yang kondusif. Sudah terlalu banyak permasalahan bangsa yang tak kunjung selesai juga. Hanya berisikan sandiwara-sandiwara politik yang membingungkan. Kita dipreteli arus informasi dan globalisasi. Selebihnya ucapan pemanis telinga. Kita butuh perubahan!!!

Kita tidak mungkin mengubah seisi dunia ini sesuai kacamata pikir sendiri, tapi kita bisa berubah dan mempengaruhi perubahan. Menyampaikan pendapat dimuka umum, demonstrasi, orasi atau mendirikan negara islam? Kita tak punya banyak waktu untuk mengurusi semua itu. Kalau ada yang lebih bijak dari itu. Kita butuh kerja efektif. Mengubah pribadi masyarakat. Dengan apa?
Mungkin kita takjub kepada orang mulia terdahulu yang masih diingat hingga hari ini. Rasulullah adalah pahlawan revolusi umat manusia. Para salaf dan ulama tidak hanya melakukan perubahan umat dengan goresan pedangnya, tapi juga tajamnya penanya. Merekalah sang pembaharu sejati, membawa manusia kepada sebenarnya-benarnya hidup yang haqiqi itu. Semisal, kita tidak pernah mengenal siapa itu Imam Bukhari, tetapi seolah beliau masih ada ditengah-tengah kita. Dari mana kalau bukan lewat kumpulan haditsnya. Jika seandainya mereka tidak menulis, dari mana kita belajar hadits. Membaca dan menelaah FirmanNya. Bahkan Al-Qur’an, jika tidak dikumpulkan, ditulis pada zaman khalifah Utsman bin Affan apa masih bisa kita baca hari ini. Dari para penghafal? Jasad mereka sudah tidak ada!

Banyak orang hendak hidup seribu tahun lagi, padahal sudah jelas bagaimana ulama dahulu mencontohkan membangun peradaban. Imam bukhari umurnya sudah selesai. Tetapi seolah ia masih hidup hari ini. Bukunya selalu menjadi rujukan utama. Diman-mana namanya tetap kita sebut periwayat. Dari mana kita belajar hadits kalau bukan hasil jerih tulisannya. Bekerja keras, bagaimana hadits bisa dikumpulkan se-shahih mungkin. Bahkan diantara mereka(2) saking sibuknya mempelajari, menulis hadits, sampai lupa hanya untuk sekedar menikah! Kita? Dan lebih dahsyat lagi, seorang ulama(3), selama 20 tahun harus rela makan malam disuapi saudara perempuannya. Kenapa? Tangannya tidak ada? Tidak! Tangannya sibuk menulis, membaca, mempelajari Kalam Allah dan Sunnah Rasulullah.

Kita tidak mungkin bisa berubah kecuali meneladani apa yang membuat mereka dulu berjaya. Perubahan yang dimulai dari pribadi. Kita berharap, tulisan adalah salah satu icon perubahan itu. Satu goresan pena bisa mengubah dunia. Bahkan menggemparkan musuh, lewat sepucuk surat berisi ajakan bertauhid kepada Allah Subahanahu Wata’ala. Rasulullah Sallahu ‘alaihi wa sallam mampu menggemparkanSinggasana Kerajaan Kisra. Padahal itu hanya sebuah tulisan, tapi memilki aura perubahan. Atau Nabi Sulaiman lewat balasan tulisannya kepada Ratu Balqis penyembah Matahari, bisa beriman kepada Allah azza wa Jalla.

Lebih dari itu, takdir manusia ternyata sudah tertulis di Lauh Mahfudz. Telah diangkat pena dan keringnya tinta. Mengisyaratkan bahwa tulisan memang begitu penting. Tak sekedar melukis masa lalu, tapi juga akan datang. Membaca dan menulis masa lalu berrati kita telah mempersiapkan perubahan masa depan.

Membaca dan menulis ibarat ilmu dan amal. Anda tidak mungkin bisa memiliki tulisan kalau tidak pernah membaca. Orang jadi penulis itu gara-gara membaca(4). Berapa banyak bacaan yang belum sempat ditulis. Kita tidak mungkin bisa menyampaikan kepada satu persatu person, bahkan generasi selanjutnya jika sekedar mengandalkan budaya lisan. Umur kita sangat singkat, tapi panjang karena karya tulisan yang dibaca. Orang mengenal nama lewat tulisan kita meskipun itu tak pernah bertatap mata.

Dan begitu banyak hikmah yang bisa kita ambil dari sekedar tulisan, tetapi berisi tombak-tombak yang mampu mengubah dunia. Mari kita mulai perubahan ini dari ujung pena. Merambah dan mengajari umat manusia akan kebaikan TitahNya. Tak perlu seribu otot, kita hanya butuh satu tulisan mengubah dunia ini.Tuntun perubahan dan genggamlah dunia dengan tulisanmu(5).

Salam perubahan!

_____________

(1) Essay pada prasyarat TOR FLP UH Sul-Sel#
(2) Misalnya Syaikh Islam ibnu Taimiyah
(3) Kitab Syahwatu Khofifah
(4) Asma Nadia
(5) Muhammad Scilta Riska

http://www.rumahrohis.com/2012/01/dengan-tulisan-aku-membangun-perubahan.html

0 komentar:

Posting Komentar

 

Inspirasi

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam as-Syaafi'i dll memang telah tiada di dunia ini.

Namun, ketika manusia membaca buku, tulisan mereka ...

"Berkata, Imam Bukhari, Muslim as-Syaafi'i rahimahumullah ..."

Saat itu pula seolah mereka masih hidup di dunia...

Msc_