Social Icons

Pages

Bencana Itu Seharusnya Tak Terjadi

Belum lekas dalam ingatan kita, ketika bangsa ini dibumbuhi dengan rentetan bencana. Sendari mulai tsunami aceh 2004, llau berlanjut gempa bumi Sumatra dan Jawa. Terkhusus gempa Yogyakarta kemudian gunung merapi hingga Lumpur Lapindo yang tak kunjung usai. Dan kini masih berlanjut meskipun bukan lagi di negeri tercinta, tsunami di Jepang setidaknya menjadi perhatian kita. Mungkin kita akan “takjub” dengan negeri teknologi canggih mereka akan upya menanggapi bencana. Tetapi bagaimanapun juga usaha yang dilakukan iyu hanya sebatas “mendeteksi” bencana dan bukan “menolaknya” apalagi menghindarinya. Sampai hingga taraf “terhindar” dengan bangunan anti-gempa, itu juga tak bisa membuat mereka lari dari bencana.

Namun apa yang sebenarnya pesan tersirat dari bencana ini ??? jika tsunami Aceh itu karena makain bertambahnya kemaksiatan apalagi kesyirikan pada masyarakatnya. Terlebih lagi gunung merapi dan gempa lainnya pada Pulau Sumatra dan Jawa, tidak lain juga ketika manusia beribadah selain kepada Allah azza wa jalla yang semakin me-“Ratu”lela. Bukankah kepercayaan masyarakat “Keraton” akan juru kunci yang dapt menyelamatkan dari bencana itu adalah bagian dari men-dua-kan Rabb??? Apalagi sekedar membawa sesajian untuk para leluhur. Dan konon lumpur Lapindo itu muncul gara- gara pernah ada artis dangdut yang “ngebor” disana. Lalau bagaimana dengan Jepang tidak lagi bebricara konsep Ketuhanan, tetapi Matahari itulah sudah menjadi pusat “sesembahan” mereka. Bellum lagi hedeonis dengan “free seks-nya”.
Sejalan dengan nasehat tersirat Rasulullah, jika kesyirikan dan kemaksiatan telah merajalela, maka tunggulah azab dari Allah subahanahu wata’ala. Bumi ini sedah panas denagndenagn semakin bertambahnya kuantitas orang-orang yang berbuat maksiat. Kita tak menginginkan bencana itu terjadi tetapi “telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat ulah tangan manusia, supaya mereka merasakan sebagian dari apa yang mereka kerjakan. Q.S. .
Tetapi seklai lagi bencana itu datang tak kenal siapa korbannya. Seibarat ada sepuluh semut berdiam di tubuh, tetapi hanya satu saja yang mengigit maka tak banayk berfikir kita kan memukuli bahkan membunuh sepuluh semuta tadi. Begitulah juga penggambaran bagaimna bencana itu terjadi. Orang sholeh maupun orang “salah” sama-sama mendapt bencana.
Namun terpenting penyebab lainnya itu tidak lain karena tidak adanya lagi amar- mahruf nahi mungkar. Maka Allah dan Rasulullah sudah mewanti-wanti agar di tegakkannya dakwah itu, mengajak manusia kepada tauhid yang benar agar kemungkaran tak sedianya merajalela. Dan itulah kewajiban setiap muslim.
Bagi orang beriman bencana adalah ujian dari Allah ketika ” apakah manusia mengira mereka dibiarkan mengatakan “kami beriman” lalu merka tidak diuji” Q.S. Al Ankabut : 2 . maka seyogyanyalah kita bersabar akan ujian dari Allah karenanya ia ingin menguji diantara hambanya siapakah yang beriman.
Intinya, kembali mengintropeksi diri bagaimana hubungan diri kepada Rabb Allah. Apakah ibadah yang selama ini telah memenuhi standar dan “takarannya”. Berjauh diri dari unsur kesyirikan dan sikap tanaasuh kepada sesame muslim agar terhindar dari kemaksiatan kepada Allah azza wa jalla.
STIBA 14 MARET 2011
MUHAMMAD SCILTA R.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Inspirasi

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam as-Syaafi'i dll memang telah tiada di dunia ini.

Namun, ketika manusia membaca buku, tulisan mereka ...

"Berkata, Imam Bukhari, Muslim as-Syaafi'i rahimahumullah ..."

Saat itu pula seolah mereka masih hidup di dunia...

Msc_