Social Icons

Pages

dilema cinta

Dilema cinta
“Katakan dan nyatakan cintamu tanpa rasa bersalah”
“Aku gapai Cinta-Nya bersama.mu”

Plus minus itulah dua ungkapan pragmatis yang pernah s ditemui, entah sebagai slogan , judul buku ataupun tema suatu acara. Sebagai bentuk peng-ejawantahan bagaimna mengelola fitrah cinta itu. Seolah jawaban atas berbagai persepsi yang keliru tentang cinta. Terutama kaularemaja, muda yang masih dalam tahap pencarian jati diri. Dari proses inilah paling berpengaruh bagaimana pendewasaaan dan pembentukan karakter, paradigma seorang pemuda (i) melihat masa depannya. Cinta adalah kata yang hampir tak ada habisnya apalagi bosan untuk membahasnya. Bahakan orang yang “ter-jatuh cinta” sampai bisa membuat puisi ber-judul- judul sebagai persembahan pengungkapan rasa “cinta” kepada sang kekasihnya. Atau lebih nampak dari setiap lagu-lagu ciptaan tentang cinta. Belum lagi acara, performa disajikann begitu merona “mesrah” untuk memediasi remaja dalam bercinta. Induknya semua yang kita lihat di dunia ini terbungkus rapi atas nama “cinta” dengan penuh aroma mesra keharmonisan.
Sehingga tak sedikit kita lihat, di muka umum pengungkapan rasa cinta itu sudah tidak menjadi lumrah dan hal yang biasa. Titipan ciuman mesra sekaliber di bandara atau adegan pegangan tangan di sudut-sudut jalan keramaian. Apalagi atraksi “berduan” di kafe, mall, , tempat hiburan. Tatapan sinis melihat ini seolah ada pembenaran sendiri dan dianggap budaya oleh masyarakat. Pemandangan yang menyelimuti kaula muda.
Belum lagi popularitas seorang artis yang notabene tiba-tiba jadi idola, panutan setiap penggemarnya. Apa artis katakan, yang dilakukan, yang dipakai sampai yang ia pikirkan menjadi tolok ukur sebuah trend. Kita butuh seni, tetapi seni bukanlah eksploritasi dan digunakan sebagai standarisasi suatu kemajuan bangsa. Mencetak lebih banyak seniman, artis, musisi, tidak lebih baik daripada menciptakan pemikir-pemikir, ilmuan, pakar, dan lebih penting ulama’ . Apakah kita akan terhibur terus selamanya. Inilah disebut memper-nyenyak tidur yang panjang.
“terhiburnya” pemuda semakin akan membuat “tidur lelap” panjang. “ kebangkitan” hanyalah simbolisasi kenangan masa lalu , dan tak lebih sekedar wacana khayalan tidur masa depan. Munculnya berbagai dogma terbungkus “cinta” itu tak jarang menjadi santapan hangat sehari-hari kita. Kembali pada cinta, apakah memaqng harus dipendam sampai kita harus tersiksa, karena tak tak diungkapakan. Apa kewajaran dan kefitrahan anugrah ilahi itu harus dijauhi atau ditimbun baik-baik saja. Tidak kwan jangan mencari lawan. !!!!! ia justru menjadi motivasi terbesar dalam kesuksesan seorang. Tinggal bagaimana anda mengelola dengan baik sesuai porsinya.
Cinta yang tulus dan suci tidak akan membuat “penganutnya” tersakiti dan sengsara . tapi bagaimana memandang cinta tidak dalam rangkai “semu” dan jangaka “lesu”. Cinta yang butuh pemahaman dan pengertian yang mendalam . sungguh ia adalah sungai tak bernuara, laut tak bertepi, dan gunung tak terjangkau. Hati yang beronggadan kemungkinan yang tak terduga.
Cinta tak semudah didefinisikan, Tetapi terdeteksi. Cinta sejati itu membawa kita pada ruang cipta tak terhingga menuju impian yang selama ini terhekang. Jika cintamu jujur, pasti kamu akakn bahagia bersamanya. Bagaimanapun pengorbanan demi mengungkapkan suata kata”cinta” tetap memotivasi terus berusaha memberi yang terbaik setiap yang hadir dalam hidup. Sebagaimana cinta tak terhingga seorang ibu kepada anaknya. Karena engkau akan dibangkitkan bersama apa yang engkau cintai…
Kepada saudara se-muslim yang saya cintai..
57184
9 feb 2010
Kelola cintamu dengan memberi komentar di,,
Muhammadscilta@blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

 

Inspirasi

Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam as-Syaafi'i dll memang telah tiada di dunia ini.

Namun, ketika manusia membaca buku, tulisan mereka ...

"Berkata, Imam Bukhari, Muslim as-Syaafi'i rahimahumullah ..."

Saat itu pula seolah mereka masih hidup di dunia...

Msc_